*Menjadi Manusia Cinta (1)
*Menjadi Manusia Cinta (1)
Dalam semua ajaran agama dan filsafat, sepanjang sejarah telah memberikan banyak contoh tentang manusia yang dianugerahi kekuatan dan kebajikan cinta. Ajaran agama dan filsafat yang di utarakan Toynbee di atas tentu menyangkut cinta yang mendasar atau esensi cinta. Seorang ahli ilmu jiwa humanistik yang terkenal sekarang ini Erich Fromm, yang menulis buku The Art of Loving (1962), kurang lebih memberikan batasan arti cinta sebagai memperhatikan, mengenal, mengetahui, atau memahami, merawat, menjaga, memelihara objek yang dicintai, disamping juga memiliki tanggung jawab terhadap objek yang dicintainya, menghormati individu lain yang dicintainya, berani menanggung resiko dari sikap dan perbuatan cintanya, serta bersikap jujur, dan objektif terhadap individu yang dicintai tersebut. Keseluruhan sikap yang disebutkan oleh Fromm diatas adalah sikap manusia cinta.
Dalam semua ajaran agama dan filsafat, sepanjang sejarah telah memberikan banyak contoh tentang manusia yang dianugerahi kekuatan dan kebajikan cinta.
Syarat utama, menjadi manusia cinta adalah manusia yang mencintai dirinya sendiri, dalam arti, mencintai diri sendiri adalah cara atau ekspresi kita dalam mengenal siapa diri kita, mengenal potensi dan karakter, dan mengembangkan potensi talenta dan moral yang baik itu. Manusia cinta adalah manusia yang cinta pada dirinya, memahami kelemahan dan kelebihan dirinya serta dapat menghargai individu lain sebagai diri mereka pula. Manusia yang tidak mencintai dirinya sendiri, berarti dia tidak mampu merawat dan mencintai orang lain. Begitupun, manusia yang tidak peduli ataau hormat pada dirinya sendiri, berarti dia tidak peduli dengan potensi, talenta dan karakter yang melekat pada dirinya sendiri.
Semua ajaran agama dan filsafat dalam sejarah umat manusia, meminta pada manusia untuk saling cinta, saling menyanyangi, tidak saling membenci dan dendam kesumat. Dengan saling mencinta, menyayangi atau mengasihi, maka muncullah kehidupan yang damai, harmonis, adil, makmur, dan sejahtera. Adalah pemikir dan psikolog Erich Fromm yang menguraikan, apa sebenarnya arti atau hakikat itu dalam bukunya The Art of Loving. Cinta kasih dalam hal ini tidak melulu berhubungan dengan daya tarik seksual antara lelaki dan perempuan, tetapi lebih dari itu maka dari cinta kasih tersebut.
Cinta kepada sesama manusia adalah penting dalam hidup ini, cinta kasih adalah, ekspresi atau cara setiap manusia mengenal manusia sebagai karakter yang berbeda dengan dirinya dan harus menghargai orang lain itu sesuai dengan, kepercayaan, talenta, agama, budaya, dan cita-cita hidupnya. Karena dengan itu, Maka setiap manusia dapat melihat, merasakan, dan menikmati kehidupan yang damai, adil, harmonis, bahagia dan sejahtera yang selalu berkembang hidup di lingkungan masyarakat sekitar.
Mengapa manusia harus mencintai antar sesama manusia???, Karena manusia tidak dapat hidup sendirian didunia ini. Ada dorongan pada setiap manusia untuk menyatukan dirinya dengan manusia lain. Manusia tidak akan bisa dan sulit hidup dengan sendirian, dengan kesendirian hidupnya selalu diliputi kesepian, kesunyian, dan kegelisahan yang mendalam pada dirinya. Karena itu, manusia disebut manusia adalah karena manusia disetiap beraktivitas dan berinteraksi kalau melakukannya secara bersama-sama dengan manusia lain disekitarnya. Selanjutnya, untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang damai, harmonis, bahagia dan sejahtera. Setiap manusia harus mencintai dirinya sendiri dahulu, baru bisa mencintai individu lain. Karena dengan modal cinta yang telah melekat dalam diri setiap individu. Maka, ketika berkumpul dan berinteraksi antar sesama akan muncul saling pengertian, saling menghargai, saling tolong-menolong, empati dan tulus dalam mengarungi hidup dimasa kini dan masa depannya.
Manusia dengan manusia yang lainnya tidak cukup mencintai, tetapi juga butuh dcintai. Karena itu, untuk dicintai, kita harus memulainya dengan mencintai. Dalam dicintai dan mencintai, kita saling memberi dan menerima. Semakin besar cinta kasih kita, semakin besar yang kita berikan. Dan kalau yang kita cintai membalasnya dengan memberi pula. Maka sempurnalah cinta-kasih antara kedua manusia tersebut. Jadi, esensi atau hakikat manusia cinta adalah memberi bukan menerima. Kita mencintai individu lain dengan niat memberikan segalanya padanya, tanpa memikirkan pamrih untuk menyenangkan diri sendiri. Kebahagiaan yang kita peroleh adalah perasaan bahagia melihat individi yang kita cintai menjalani hidup dengan bahagia. Inilah hakikat atau ekspresi cinta. Cinta kasih yang sakral dan agung.
Pada dasarnya, semua ajaran agama dan filsafat menekankan hukum cinta. Cinta itu menghidupkan. Benci itu mematikan. Cinta itu memberi kedamaian. Benci itu menghancurkan. Cinta dan perdamaian, Love and Peace. Pernah menjadi semboyan kaum muda tahun 1970-an. Mereka muak dengan perang dan kehancuran. Maka, para agamawan dan filosof sepanjang zaman mengajarkan hukum cinta bagi umat manusia. Cintailah dirimu sendiri dan orang lain. Cintailah alam semesta. Cintailah kebenaran. Cintailah keadilan. Cintailah kebaikan. Cinta adalah agung dan mulia, banyak cara atau ekspresi dalam menghidupkan cinta kasih. Karena itu, manusia akan mendapatkan kedamaian didunia, cinta itu agung dan mulia, cinta itu mengangkat harkat martabat umat manusia, cinta itu saling melindungi dan menyayangi.
Menjadi manusia cinta adalah bukan memikirkan diri kita sendiri, mendahulukan ego dan hawa nafsu, mendahulukan kepentingan kita sendiri. Melainkan manusia cinta adalah, dimana setiap individu dengan individu lain saling melindungi, menyayangi, memberi nasehat, pencerahan dan manfaat antar sesama manusia. Seperti, seorang ibu memikirkan kebahagiaan anaknya. Pemimpin memikirkan kebahagiaan masyarakatnya. Mereka bahagia apabila dapat melihat dan memenuhi hak dan kewajiban yang dicintai tersebut terpenuhi segala kebutuhannya hidupnya. Itulah ekspresi cinta yang agung dan mulia.
Dalam menjadi manusia cinta, setiap manusia perlu menyingkirkan kesenangan atau kepentingan pribadi, melainkan semua manusia mengorbankan kepentingan dirinya sendiri demi kepentingan manusia lain/masyarakat banyak yang dicintainya. Cinta kasih demikian agung dan mulia, cinta kasih akan abadi, kalau manusia berhasil menaklukan ego atau hawa nafsu. Cinta kasih itu agung dan terus hidup, sekalipun yang dicintai itu tidak kita miliki.
*)Penulis adalah Fitratul Akbar, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Kota Malang, Tanggal 23 januari 2019, 18:50 WIB.
Komentar
Posting Komentar