*Manusia dan Kepedulian Sosial
*Manusia dan Kepedulian Sosial
Antropologi Al-Qur’an
menyatakan bahwa manusia itu adalah diciptakan dari debu, tanah liat. Lalu
Tuhan meniupkan ruh ke dalamnya. Artinya dalam diri manusia terdapat daya tarik
yang mengajak ke bawah, yaitu ke debu, dan daya tarik lain yang mengajak ke atas,
yaitu ruh. Dengan kata lain, dalam diri manusia terdapat daya tarik untuk
melakukan perbuatan tidak baik, dan daya tarik lain untuk melakukan perbuatan
baik.
Manusia yang dapat melaksanakan tugasnya sebagai wakil Tuhan adalah manusia “teomorfik” seperti istilah Ali Syariati, yaitu manusia yang didalamnya ada ruh dari Tuhan yang dapat mengalahkan separuh dari wujudnya yang berhubungan dengan iblis, tanah liat, dan endapan bercampur air. Ia dapat bebas dari kebimbangan dan kontradiksi antara “dua kemutlakan”, “ambillah sifat-sifat Allah”. Lebih lanjut, manusia, khalifah Tuhan di bumi, terjun ditengah tengah alam dan dengan itu menjadi memahami Tuhan, ia mencari manusia dan dengan itu menemukan Tuhan. Ia tidak melewati alam semesta dan membelakangi umat manusia.(H.A.Mukti Ali. Hal:76).
Manusia yang dapat melaksanakan tugasnya sebagai wakil Tuhan adalah manusia “teomorfik” seperti istilah Ali Syariati, yaitu manusia yang didalamnya ada ruh dari Tuhan yang dapat mengalahkan separuh dari wujudnya yang berhubungan dengan iblis, tanah liat, dan endapan bercampur air. Ia dapat bebas dari kebimbangan dan kontradiksi antara “dua kemutlakan”, “ambillah sifat-sifat Allah”. Lebih lanjut, manusia, khalifah Tuhan di bumi, terjun ditengah tengah alam dan dengan itu menjadi memahami Tuhan, ia mencari manusia dan dengan itu menemukan Tuhan. Ia tidak melewati alam semesta dan membelakangi umat manusia.(H.A.Mukti Ali. Hal:76).
Oleh karena itu,
manusia telah menerima amanat Tuhan yang sangat berat, dan karena itu ia
bertanggung jawab dan menjadi makhluk yang terlibat, dengan penggunaan
kemanusiaan secara bebas. Manusia tidak menganggap kemuliaannya itu terletak
pada penciptaan hingga pribadi dengan Tuhan, dengan meninggalkan manusia,
kemuliaannya itu bahkan terletak dalam perjuangan untuk penyempurnaan umat
manusia, dalam penderitaan yang terus menerus, lapar, miskin dan kesulitan
untuk memperoleh kebebasan, kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Dalam
perjuangan intelektual dan sosial, ia memperoleh kesalehan, kesempurnaan dan
dekat kepada Tuhan.
Al-qur'an mengajak
manusia untuk menerima Tuhan yang esa, dan keesaan manusia sebagai akibatnya.
Inilah sebabnya mengapa moralitas sosial, ekonomi dan politik dalam islam
adalah demikian luas. Karena itu, prinsip-prinsip dasar yang terdapat dalam
al-qur'an.
Prinsip yang pertama,
adalah atau kepercayaan, sebagaimana yang diterangkan di dalam al-qur-an pada
surah al-ahzab ayat 72, dimana dinyatakan bahwa Tuhan telah menawarkan
kepercayaan kepada langit dan bumi dan gunung-gunung, tetapi semua itu tidak
ada yang bersedia menerima karena takut tanggung jawabnya. Namun manusia maju
ke depan dan menerima tanggung jawab itu. Tanggung jawab itu tidak lain adalah
tanggung jawab moral, dimana manusia itu sudah berani menanggung beban itu pada
permulaan eksistensinya.
Prinsip kedua, adalah
konsep amanah adalah penobatan manusia sebagai khalifah atau wakil tuhan
"dibumi”, surah al- baqarah ayat 30. Artinya bahwa manusia harus melakukan
tanggung jawabnya itu, yang untuk itu ia diciptakan, karena itu ia diberi
kemampuan yang kreatif untuk mengetahui nama segala sesuatu melebihi para
malaikat. Karena itu, Manusia harus melaksanakan amanah/kepercayaan/tanggung
jawab atau kepedulian sosial itu sebagai wakil Tuhan dibumi untuk mengamalkan
atau menebarkan kemaslahatan manusia
dan masyarakat didunia ini
dan masyarakat didunia ini
Kepedulian sosial atau
tanggung jawab sosial merupakan salah satu tema penting yang ada dalam
Al-Qur’an. Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial di
masyarakat dan lingkungannya. Di samping nilai keimanan berupa iman kepada
Allah SWT, Kitab-Nya, Rosul-Nya, Malaikat, Hari Akhir dan Qodlo’ dan Qodar
Allah, dalam Al Quran menegaskan bahwa keimanan tersebut juga harus disertai
dengan kepedulian sosial atau tanggung jawab sosial terhadap masyarakat,
kerabat, anak yatim, orang miskin, dan musafir serta menjamin kesejahteraan
bagi mereka yang membutuhkan (QS. Al Baqarah:177)
Kepedulian sosial dalam
ajaran Islam sungguh cukup jelas dan tegas dalam menjunjung tinggi nilai-nilai
sosial. Kepedulian sosial dalam Islam terdapat dalam bidang akidah dan keimanan
serta tertuang dalam ajaran syari’ah.
Islam mempunyai prinsip pertanggungjawaban yang seimbang antara 1) hubungan manusia (makhluk) dengan penciptanya (Hablumminallah), sesuai dengan surat Adz-Dzariat ayat 56 : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”, 2) hubungan manusia dengan manusia (hablumminannas) dan 3) hubungan manusia dengan lingkungannya (alam), sesuai dengan surat Hud ayat 61 Dan surat Al-A’raf ayat 56. Karena fungsi manusia di ciptakan adalah sebagai khalifah di bumi yang mengemban amanat dari Allah (QS. Al-Ahzab, 33: 72) untuk menyebarkan kasih sayang, toleransi dan persaudaraan.
Islam mempunyai prinsip pertanggungjawaban yang seimbang antara 1) hubungan manusia (makhluk) dengan penciptanya (Hablumminallah), sesuai dengan surat Adz-Dzariat ayat 56 : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”, 2) hubungan manusia dengan manusia (hablumminannas) dan 3) hubungan manusia dengan lingkungannya (alam), sesuai dengan surat Hud ayat 61 Dan surat Al-A’raf ayat 56. Karena fungsi manusia di ciptakan adalah sebagai khalifah di bumi yang mengemban amanat dari Allah (QS. Al-Ahzab, 33: 72) untuk menyebarkan kasih sayang, toleransi dan persaudaraan.
Agama Islam
menganjurkan untuk menjunjung tinggi kepedulian sosial. Manusia sebagai makhluk
sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Kepedulian sosial
menggambarkan bahwa kita dianjurkan untuk berhubungan baik dengan Allah dan
berhubungan baik dengan sesama manusia.
Komentar
Posting Komentar