*Agama Islam "Penopang" Teknologi Informasi (2)
Pertanyaan yang mengganggu kita dewasa ini, dikantor-kantor, kampus dan masyarakat/dll, yang sering ditanyakan oleh para akademisi, kritikus agama, penganut agama yang skeptis tentang konsep dan ajaran agama itu adalah.
Apakah agama dengan segala ajaran dan aturannya itu merupakan suatu keperluan untuk umat manusia, terutama dalam abad teknologi dan informasi ini???.
Karena itu, untuk menjawabnya, perlu kiranya melihat atau mengaca kembali sejarah peradaban umat manusia, orang akan tahu bahwa agama merupakan kekuatan yang pokok dalam perkembangan umat manusia sekarang ini. Apa yang dikatakan baik dan mulia pada manusia itu memperoleh inspirasi dari iman kepada Tuhan, suatu kebenaran yang barangkali saja orang ateis pun akan sulit menentangnya. Orang seperti Ibrahim, Musa, Isa, Krisna, Budha dan Muhammad saw, dalam giliran dan tingkatannya sendiri-sendiri telah mengubah sejarah umat manusia dan mengangkat mereka dari kerendahan yang serendah- rendahnya kepada ketinggian moral yang tidak pernah mereka bayangkan. Adalah dengan perantaraan nabi ini, nabi itu, manusia sanggup melawan wataknya yang rendah dan mencanangkan dihadapannya cita-cita yang mulia dari sifat tidak mementingkan dan kemauan berbakti kepada umat manusia.(Mukti Ali, Hal:53).
Apakah agama dengan segala ajaran dan aturannya itu merupakan suatu keperluan untuk umat manusia, terutama dalam abad teknologi dan informasi ini???.
Karena itu, untuk menjawabnya, perlu kiranya melihat atau mengaca kembali sejarah peradaban umat manusia, orang akan tahu bahwa agama merupakan kekuatan yang pokok dalam perkembangan umat manusia sekarang ini. Apa yang dikatakan baik dan mulia pada manusia itu memperoleh inspirasi dari iman kepada Tuhan, suatu kebenaran yang barangkali saja orang ateis pun akan sulit menentangnya. Orang seperti Ibrahim, Musa, Isa, Krisna, Budha dan Muhammad saw, dalam giliran dan tingkatannya sendiri-sendiri telah mengubah sejarah umat manusia dan mengangkat mereka dari kerendahan yang serendah- rendahnya kepada ketinggian moral yang tidak pernah mereka bayangkan. Adalah dengan perantaraan nabi ini, nabi itu, manusia sanggup melawan wataknya yang rendah dan mencanangkan dihadapannya cita-cita yang mulia dari sifat tidak mementingkan dan kemauan berbakti kepada umat manusia.(Mukti Ali, Hal:53).
Dari pernyataan di atas, dapat diartikan bahwa, sejarah perkembangan sebuah masyarakat dan negara adalah asal usulnya bersumber atau terinspirasi dari wahyu, hidayah atau iman yang datang dari zat yang maha tinggi, mungkin bersumber dari dewa-dewa, pohon pohon, alam semesta maupun dari Tuhan Allah swt, Tuhan yang maha Esa dan Kuasa bagi umat islam itu sendiri. Kemudian, cahaya wahyu, firman atau iman di limpahkan atau dicampakkan kesalah seorang tokoh yang menonjol, tokoh yang jernih hatinya dan memiliki ketangguhan untuk menyampaikan risalah agama kepada umatnya masing masing.
Karena itu, perlu kiranya kita sebagai umat manusia khususnya umat islam untuk melihat dan mencermati kembali bahwa, yang memberi inspirasi, semangat kepada umat manusia ini adalah bahwa asal usulnya itu terdapat pada ajaran dan contoh dari orang-orang shaleh yang mempunyai iman disebarkan kepada hati umat manusia lainnya.
Lebih lanjut, Beliau (Mukti Ali, Hal:53) mengatakan bahwa, perkembangan moral dan etika manusia hingga dewasa ini, kalau dicarikan sebabnya, adalah karena agama. Orang perlu merenungkan apakah perasaan yang baik, yang memberikan inspirasi kepada manusia dewasa ini akan tetap hidup, andaikata satu atau dua generasi dunia ini berlangsung tanpa percaya kepada Tuhan, serta perasaan dan bentuk materialisme macam apa yang akan menggantinya.
Lebih lanjut, Beliau (Mukti Ali, Hal:53) mengatakan bahwa, perkembangan moral dan etika manusia hingga dewasa ini, kalau dicarikan sebabnya, adalah karena agama. Orang perlu merenungkan apakah perasaan yang baik, yang memberikan inspirasi kepada manusia dewasa ini akan tetap hidup, andaikata satu atau dua generasi dunia ini berlangsung tanpa percaya kepada Tuhan, serta perasaan dan bentuk materialisme macam apa yang akan menggantinya.
Dapat dipastikan bahwa materialisme akan melahirkan semangat mementingkan diri sendiri, karena pembagian kekayaan yang merupakan ajaran agama tidak akan memberikan inspirasi dan getaran kepada umat manusia yang hidup didunia ini tanpa tuhan itu. Apabila sanksi agama tidak ada, dapatlah dipastikan bahwa umat manusia berangsur angsur akan tenggelam dalam kebuasan dan kebiadaban, dan orang-orang yang lebih terpelajar tidak lagi memperoleh inspirasi dari ide-ide yang mulia dan tinggi yang hanya diberikan oleh agama. Selanjutnya bahwa, peradaban umat manusia yang kita miliki dewasa saat ini, apakah kita mau atau tidak, adalah didasarkan kepada agama. Agamalah yang menjadikan peradaban ini mungkin mencapai tingkatan seperti ini, yang berulang kali dapat menyelamatkan umat manusia dari kehancuran.
Lebih lanjut, jika kita meneliti kembali sejarah bangsa-bangsa, kita akan mengetahui bahwa apabila suatu bangsa akan mulai runtuh, maka dorongan agama baru timbul untuk mencegah dari kehancuran. Bukan hanya bahwa kebudayaan itu dapatnya berlangsung adalah atas dasar moral, dan bahwa moral yang mulia selalu mendapat inspirasi dari kepercayaan kepada tuhan, tetapi persatuan dan keutuhan umat manusia, yang tanpa itu kebudayaan tidak dapat berdiri, adalah juga didorong oleh kekuatan agama.(Mukti Ali, Hal:53-54).
Lebih lanjut, jika kita meneliti kembali sejarah bangsa-bangsa, kita akan mengetahui bahwa apabila suatu bangsa akan mulai runtuh, maka dorongan agama baru timbul untuk mencegah dari kehancuran. Bukan hanya bahwa kebudayaan itu dapatnya berlangsung adalah atas dasar moral, dan bahwa moral yang mulia selalu mendapat inspirasi dari kepercayaan kepada tuhan, tetapi persatuan dan keutuhan umat manusia, yang tanpa itu kebudayaan tidak dapat berdiri, adalah juga didorong oleh kekuatan agama.(Mukti Ali, Hal:53-54).
Agama manapun bukan hanya kumpulan tuntunan ritual ibadah dan doktrin moral yang terkandung dalam ajaran kitab suci. Lebih dari itu, agama merupakan model perilaku yang tercermin dalam tindakan nyata yang mendorong penganutnya memiliki watak jujur dan dipercaya,dinamis, kreatif, dan berkemajuan. Dalam pandangan Islam, Agama tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah yang Maha Pencipta (habl min Allah),tetapi juga mengatur dan memberi arah kehidupan dalam hubungan antar umat manusia (habl min al-nas) yang membentuk peradaban hidup yang utama. Di sinilah letak esensi agama dalam kehidupan umat manusia.
Karenanya, agama dapat dijadikan sebagai sumber nilai pedoman hidup, panduan moral, dan etos kemajuan. Nilai-nilai agama dapat menumbuhkan etos keilmuan, orientasi pada perubahan, kesadaran akan masa depan yang lebih baik, pendayagunaan sumberdaya alam secara cerdas dan bertanggung jawab, inovasi atau pembaruan, kebersamaan dan toleransi, disiplin hidup, kemandirian, serta hal-hal lain yang membawa pada kemajuan hidup bangsa. Nilai-nilai agama juga dapat mengembangkan relasi sosial antara laki-laki dan perempuan yang adil tanpa diskrimansi, serta hubungan antarumat manusia yang berkeadaban mulia. Dengan nilai-nilai agama itu, bangsa Indonesia dapat menjalani kehidupan di abad modern yang membawa pada keselamatan dunia dan akhirat.(Haedar Nashir, Agustus 2019).
Karenanya, agama dapat dijadikan sebagai sumber nilai pedoman hidup, panduan moral, dan etos kemajuan. Nilai-nilai agama dapat menumbuhkan etos keilmuan, orientasi pada perubahan, kesadaran akan masa depan yang lebih baik, pendayagunaan sumberdaya alam secara cerdas dan bertanggung jawab, inovasi atau pembaruan, kebersamaan dan toleransi, disiplin hidup, kemandirian, serta hal-hal lain yang membawa pada kemajuan hidup bangsa. Nilai-nilai agama juga dapat mengembangkan relasi sosial antara laki-laki dan perempuan yang adil tanpa diskrimansi, serta hubungan antarumat manusia yang berkeadaban mulia. Dengan nilai-nilai agama itu, bangsa Indonesia dapat menjalani kehidupan di abad modern yang membawa pada keselamatan dunia dan akhirat.(Haedar Nashir, Agustus 2019).
Individu tanpa agama dan keimanan, laksana sehelai bulu yang diterbangkan oleh hembusan angin, yang tentunya tidak akan tetap pada keadaan dan tidak akan mengetahui sesuatu arah tertentu, serta tidak akan menetap pada suatu tempat.
Individu tanpa agama dan keimanan, laksana manusia yang tidak ada nilainya dan akarnya, manusia yang selalu bingung dan ragu-ragu yang tidak mengetahui hakikat dirinya dan rahasia ujudnya, tidak mengetahui siapa gerangan yang memakaikan pakaian hidup ini dan kenapa dipakaikan kepadanya, serta kenapa pula kelak dilepas dari dirinya pada suatu saat tertentu!.
Masyarakat tanpa agama dan keimanan, adalah masyarakat hutan, walaupun padanya bersinar tanda-tanda kemajuan, kehidupan dan kelanggengan padanya, adalah bagi si kuat dan si kejam, bukan bagi si utama dan si taqwa. Masyarakat yang bobrok dan celaka, meskipun mewah dengan serba aneka kenikmatan dan kemewahan. Masyarakat yang rendah dan murah, karena tujuan penghuninya hanya tertuju untuk melampiaskan nafsu-nafsu syahwat dan perutnya semata, mereka bersenang-senang dan mereka makan sebagaimana binatang-bintang makan.(Dr.Yusuf Qardhawy, Iman dan Kehidupan.Hal:12-13).
Dengan demikian, Sudah menjadi kewajiban bagi warga masyarakat indonesia yang menganut agama-agama di indonesia khususnya umat islam adalah, untuk menampilkan agama yang berwajah kasih sayang, ramah, santun, damai, persaudaraan dan toleransi (menghargai perbedaan agama, budaya, ras, suku dan daerah). Nilai-nilai agama tersebut di atas tidak hanya sebatas jargon dan slogan hampa makna. Melainkan di amalkan dalam perilaku nyata sehari-hari di kehidupan bermasyarakat. Kalau kita tidak ingin mendapat caci maki, celaan, fitnah dan kebencian dari penganut agama lain, Maka di butuhkan terus meningkatkan wawasan keilmuan dan menampilkan wajah agama islam yang damai, harmonis, toleransi, menghargai perbedaan dan menjalin persaudaraan sesama masyarakat indonesia.
Individu tanpa agama dan keimanan, laksana manusia yang tidak ada nilainya dan akarnya, manusia yang selalu bingung dan ragu-ragu yang tidak mengetahui hakikat dirinya dan rahasia ujudnya, tidak mengetahui siapa gerangan yang memakaikan pakaian hidup ini dan kenapa dipakaikan kepadanya, serta kenapa pula kelak dilepas dari dirinya pada suatu saat tertentu!.
Masyarakat tanpa agama dan keimanan, adalah masyarakat hutan, walaupun padanya bersinar tanda-tanda kemajuan, kehidupan dan kelanggengan padanya, adalah bagi si kuat dan si kejam, bukan bagi si utama dan si taqwa. Masyarakat yang bobrok dan celaka, meskipun mewah dengan serba aneka kenikmatan dan kemewahan. Masyarakat yang rendah dan murah, karena tujuan penghuninya hanya tertuju untuk melampiaskan nafsu-nafsu syahwat dan perutnya semata, mereka bersenang-senang dan mereka makan sebagaimana binatang-bintang makan.(Dr.Yusuf Qardhawy, Iman dan Kehidupan.Hal:12-13).
Dengan demikian, Sudah menjadi kewajiban bagi warga masyarakat indonesia yang menganut agama-agama di indonesia khususnya umat islam adalah, untuk menampilkan agama yang berwajah kasih sayang, ramah, santun, damai, persaudaraan dan toleransi (menghargai perbedaan agama, budaya, ras, suku dan daerah). Nilai-nilai agama tersebut di atas tidak hanya sebatas jargon dan slogan hampa makna. Melainkan di amalkan dalam perilaku nyata sehari-hari di kehidupan bermasyarakat. Kalau kita tidak ingin mendapat caci maki, celaan, fitnah dan kebencian dari penganut agama lain, Maka di butuhkan terus meningkatkan wawasan keilmuan dan menampilkan wajah agama islam yang damai, harmonis, toleransi, menghargai perbedaan dan menjalin persaudaraan sesama masyarakat indonesia.
Komentar
Posting Komentar