Puasa Manusia mencipta Kedamaian Semesta (1)
*Puasa Manusia menjaga Kedamaian Semesta
Salah satu sarana untuk mengkristalisasikan sifat-sifat Tuhan tersebut adalah untuk tidak makan dan minum, dengan kata lain yaitu manusia menjalani ibadah puasa. Puasa adalah sarana manusia dalam mengontrol dan mengendalikan diri dari hawa nafsu dan keinginan dalam diri.
Menurut Hasby Asy shiddiqy, puasa menjadikan manusia mampu membiasakan diri untuk dapat bersifat dengan sifat Tuhan, yaitu tidak makan dan tidak minum meskipun untuk sementara waktu.
Sesungguhnya harkat dan martabat manusia adalah tergantung pada kesanggupan untuk mengendalikan diri. Banyak ulama fiqh mengatakan bahwa puasa adalah menahan diri dari kedua nafsu yang ada umumnya merajai dan memerdaya manusia yaitu nafsu perut dan nafsu seksual.
Syekh Imam An-Nawawi mengatakan bahwa nafsu perut merupakan sumber segala penyakit dan cacat diri, baik jasmani dan rohani. Nafsu perut lazimnya diikuti nafsu seksual. Sebab dengan mengosongkan perut gejolak nafsu seksual relatif mudah dikontrol.
Jika manusia mampu memanage, mengendalikan kedua nafsu tersebut. Maka akan mudah memenage nafsu-nafsu lain seperti serakah, kikir, menggunjing, melaknat dan mengeksploitasi alam dan manusia lainnya.
Puasa adalah sarana pendidikan ilahi. Maka akan melahirkan keinsafan dan kesadaran pengawasan Allah swt dalam setiap perilaku hamba-hambanya. Hikmah puasa sebagai sarana pendidikan ilahi adalah untuk menanamkan tanggung jawab pribadi, dari tanggung jawab pribadi itu sendiri mengisyaratkan adanya aspek sosial dalam perwujudan kehidupan nyata dunia ini.
Oleh karena itu, para ulama menekankan bahwa salah satu hikmah ibadah puasa adalah menanam rasa solidaritas sosial. Dengan kenyataan itu, bahwa ibadah puasa selalu disertai dengan anjuran untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Terutama dalam bentuk tolong menolong, meringankan fakir miskin, membayar zakat, infaq dan shadaqah, dll.
Selain itu, esensi puasa adalah setiap manusia sama kedudukan dihadapan Allah swt. Mulai dari manusia yang kaya harta, pejabat pemerintahan, konglomerat, fakir miskin, dll. Sehingga semua manusia tersebut fokus menjalankan ibadah puasanya.
(Haedar Nashir, 23 April 2020, 13:34).
Kita kaum muslimin berpuasa merupakan suatu kewajiban sebagaimana perintah Allah. Dalam QS.Al-Baqarah ayat 183-185.
Puasa adalah perjalanan ruhaniah yang tertinggi. Bagi setiap muslim yang berpuasa, puasa bukan sekedar menahan makan, minum, dan pemenuhan nafsu biologis sebagaimana rukun syariat.
Tetapi lebih dari itu puasa harus punya makna al-imsak dalam makna yang sesungguhnya. Yakni menahan diri dari segala godaan duniawi sehingga kita menjadi orang-orang yang washatiyah. Orang yang secukupnya dalam hidup.
Orang yang berpuasa disebutkan La-alakum Tattakun. Agar engkau semakin bertakwa. Taqwa adalah wiqoyah (kewaspadaan) lahir dan bathin untuk selalu khasyah kepada Allah, Takut kepada Allah. Menjalankan segala perintahnya, menjauhi segala larangannya dan tentu lebih jauh lagi kita ingin dijaga dari siksa neraka.
Lebih lanjut, bagi umat islam puasa harus betul- betul menjadi mi'raj ruhani, yang
Pertama, harus selalu Taqarrub Ilallah, semakin membuat kita dekat dengannya. Orang berpuasa adalah orang yang tauhidnya kuat. Karena siapa yang tahu orang yang berpuasa dia bisa batal karena sesuatu yang orang tidak mengetahuinya. Tetapi orang yang berpuasa dengan tauhid yang kuat dia tidak akan melakukannya.
Kedua, orang yang berpuasa adalah orang yang mampu menaklukan hawa nafsu yang ada dalam dirinya. Al-imsak itu maknanya adalah menahan diri, menahan diri dari makan, minum dan pemenuhan nafsu biologis adalah simbol dari manusia yang berpuasa. Ia mampu mengkerangkeng hawa nafsunya menyalurkannya dengan cara yang baik dan tidak membiarkannya liar.
Hawa nafsu kata Jalaludin Rumi. Seorang sufi ternama adalah ibu dari semua berhala. Orang yang akan mampu menaklukan hawa nafsunya dialah yang berjihad akbar. Jika seseorang sudah bisa mengendalikan hawa nafsunya dia akan mampu mengendalikan kehidupan.
Ketiga, puasa ramadhan dalam situasi apapun termasuk dalam suasana wabah corona harus selalu menumbuhkan amal shaleh. Orang yang berpuasa adalah orang yang selalu berbanding lurus sikap hidupnya untuk berbuat kebajikan bagi orang banyak. Amal sholeh harus lahir dari orang yang berpuasa.
Keempat, puasa tentu juga tetap menumbuhkan semangat berilmu bagi kaum muslimin. Tidak ada alasan orang yang berpuasa berhenti untuk mencari ilmu. Wahyu pertama risalah sebagai penanda pertama Rasulullah saw menerima wahyu adalah iqra.
Maknanya adalah kita umat islam harus menjadi insan-insan berilmu yang punya tradisi iqra dan bulan ramadhan mari kita jadikan sebagai bulan untuk terus mengasah diri kita dengan ilmu. Kecerdasan untuk membangun peradaban utama, maka dalam suasana apapun termasuk dan lebih-lebih disaat kita menghadapi musibah. Jadikan ramadhan sebagai bulan untuk muhasabah, bukan untuk muroqabah dan bulan untuk mujahadah.
(Musa Asy-arie, 24 April 2020, 04:41).
Puasa adalah menahan dan mengendalikan diri dengan dorongan tubuh, mengambil jarak dengan hasrat kebendaan. Untuk mengembangkan kekuatan spiritual mengalami puncak bersama pujaannya Allah robb alam semesta.
Karena itu, seperti yang ditegaskan nabinya. Puasa adalah untukku dan aku yang akan memberikan pahalanya kepada yang menjalankannya untukku. Makna simbolik untukku, Tuhan penguasa alam semesta adalah untuk semua ciptaannya, karena Tuhan tidak membutuhkan sedikitpun dari manusia dan dari semua ciptaannya.
Hasilnya adalah kualitas takwa yang menjalankannya akan meningkat. Tidak hanya merasa lapar dan haus saja, tetapi hasrat kebendaan tidak menguasai dirinya. Hasrat kebendaan membuat hambanya mengabdi pada kekuasaan, kekayaan dan hasrat tubuh yang melelahkan.
(Musa Asy-arie, 30 April 2020, 02:41).
Puasa sebenarnya bagian dari latihan penajaman penginderaan batiniyah. Haus dan lapar ditahan untuk membuka tirai makna apa yang ada di balik kehausan dan kelaparan itu.
Jika makna dibalik tirai itu bisa dimengerti, dan memberikan kearifan dalam hidupnya, maka seseorang yang puasa dapat menahan rasa haus dan laparnya dengan ikhlas, tetap berpuasa dengan baik dengan segala ritualnya, dan dapat meningkatkan kualitas ketakwaannya kepada Allah swt. Jika tidak, maka seorang yang berpuasa hanya akan mendapat haus dan laparnya saja.
Sebagaimana diisyratkan dalam hadist nabi saw, yang artinya. "Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa kecuali lapar dan haus saja.(HR.Ibnu majah. No:1690 dan Syaikh Albani berkata Hadist Hasan).
Bagi seseorang yang terlatih penginderaan batiniahnya, maka kehidupan dengan segala dinamika dari jatuh dan bangunannya kehidupan. Tentu akan dirasakan lebih indah dan bermakna. Kemampuan mentransendir realitas adalah kearifan yang tinggi. Ketajaman penginderaan batiniah akan dapat mentransendir realitas untuk menemukan hakikat kebenaran.
Puasa adalah memasuki ruang bathin yang tercerahkan oleh penjiwaan kebenaran yang lebih dalam. Kebenaran tidak lagi menjadi sesuatu yang berada dalam diluar diri kita, dan kita mencarinya. Kebenaran adalah sesuatu yang ada dalam diri kita. Dalam ruang bathin kita dan kita menemukannya.
Penemuan itu tidak statis, seperti menemukan bebatuan yang indah dan kemudian menjadi cincin yang melingkari jari manisnya. Penemuan itu bersifat dinamis yang memerlukan pengolahan batin sepanjang hidupnya, agar menjadi kekuatan spiritual untuk masa depan yang panjang sampai di akhirat.
Jika seseorang telah menemukan kebenaran itu. Maka kehidupannya menjadi tenang dalam cahaya yang semakin terpendar, nur ala nur. Alam semesta menjadi terang dan jauh dari gelap dan kegelapan. Semuanya menjadi indah sebagai pancaran dari keindahan wajahnya.
#makna puasa
#jelajah semesta
#kedamaian manusia
*)Penulis Fitratul Akbar, Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah, FAI UMM. Kota Malang, 02 Mei 2020, 23:40 WIT.
Komentar
Posting Komentar