Orang-Orang yang Bahagia karena Memberi
Orang-orang yang bahagia
adalah orang yang hidup didunia ini banyak memberi ketimbang menerima. Semakin
banyak yang kita beri, semakin banyak pula kita mendapatkan ketenangan dan
kebahagiaan hidup. kalau kita masih marah-marah atau menyesal karena telah
memberikan sesuatu/harta kepada orang lain, berarti kita belum ikhlas dan tulus
dalam memberikan nya, karena pada dasarnya orang yang memberi adalah orang yang
punya kelebihan harta benda dan sejenisnya. Jadi tidak perlu marah-marah atau
mengungkit-ungkit lagi ketika memberikan sesuatu kepada sesama.
*)Penulis adalah Fitratul Akbar, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang. Kota Malang, 30 Desember 2017. diperbarui tanggal 18 Juli 2019.
Kita bisa bermurah hati,
saling tolong-menolong dan berjiwa lapang antar sesama untuk menjadikan
masyarakat dan hidup ini menjadi lebih damai dan sejahtera. awalnya, dalam diri
setiap orang pasti ada rasa atau keinginan untuk memberikan sesuatu kepada orang
lain, tapi niat baik itu bergejolak karena adanya rasa dendam atai tidak saling
percaya antar sesama umat manusia. Semakin banyak setiap
orang memberi, maka akan semakin banyak pula orang mendapatkan kedamaian,
keberkahan, dan rezeki. dan itu akan menyatu pada setiap orang atau masyarakat
sehingga munculnya rasa kasih sayang, toleransi/menghargai perbedaan,
persaudaraan dan persatuan antar sesama dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Mungkin sebagian dari
kita sudah tahu, bahwa kita hidup di dunia hanya sementara dengan waktu yang
sangar singkat dan umur yang terbatas. kondisi masyarakat masa depan tergantung
pada kondisi generasi pada saat ini, karena generasi masa kini lah yang menjadi
teladan dan cerminan bagi anak-anak atau generasi yang akan datang. kalau generasi
masa kini mampu menjadi teladan dan cerminan bagi anak-anak nya, maka akan mudah
menyiapkan generasi yang cerdas, semangat dan berjiwa besar. Ketika generasi
masa kini sudah hilang gairah atau luntur semangat, maka suatu hari kelak
generasi masa depanlah yang akan melanjutkan cita-cita para pendahulu dan mampu
membangun kondisi masyarakatnya kelak menjadi masyarakat yang damai, toleransi,
dan sejahtera.
Setiap perilaku,
perbuatan dan aktivitas yang di lakukan oleh masyarakat hari ini, akan
mempengaruhi kondisi generasi di masa depan. maka sudah sepatutnya, masyarakat
hari ini menjalani hari dengan penuh semangat dan tekad, kerja keras, menjadi
teladan dan cerminan agar bisa menyiapkan tempat atau suasana yang baik bagi
generasi masa depan dan kita juga tetap bisa menjalani hari ini dengan damai
sembari menunggu masa depan yang lebih baik. Agar tetap semangat dan
fokus dalam menatap kondisi masa depan, kita tidak boleh terlarut dengan kondisi/kisah
di masa lalu karena kita tidak akan bisa merubahnya. Tetapi kita jadikan kisah di
masa lalu sebagai pelajaran/hikmah untuk menjalani masa kini yang lebih baik.
Karena kita semua masih di beri kesehatan dan harta hari ini, maka manfaatkan waktu sekarang untuk tetap fokus segenap pikiran menilai perilaku atau perbuatan yang dapat memberikan perubahan bagi hidup kita di masa kini dan masa depan. Kita tidak boleh pasrah atau apatis dengan kondisi di masa kini, tapi kita harus mengubah keadaan/kondisi di masa kini menjadi lebih baik. Dalam kehidupan, kita tidak perlu capek-capek mencari kedamaian dan kebahagiaan itu di luar sana. Karena pada dasarnya, kedamaian dan kebahagiaan itu berada dalam jiwa raga kita yaitu kondisi hati yang selalu bersyukur.
Karena kita semua masih di beri kesehatan dan harta hari ini, maka manfaatkan waktu sekarang untuk tetap fokus segenap pikiran menilai perilaku atau perbuatan yang dapat memberikan perubahan bagi hidup kita di masa kini dan masa depan. Kita tidak boleh pasrah atau apatis dengan kondisi di masa kini, tapi kita harus mengubah keadaan/kondisi di masa kini menjadi lebih baik. Dalam kehidupan, kita tidak perlu capek-capek mencari kedamaian dan kebahagiaan itu di luar sana. Karena pada dasarnya, kedamaian dan kebahagiaan itu berada dalam jiwa raga kita yaitu kondisi hati yang selalu bersyukur.
*)Penulis adalah Fitratul Akbar, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang. Kota Malang,
Komentar
Posting Komentar