Urgensi Waktu dan Akhlak Malu
“Waktu
adalah sungai purba yang mengalir di dunia sejak azali. Ia mengalir di
kota-kota dan menghidupkan aktivitasnya dengan energinya yang abadi, atau
membuatnya tidur pulas dininabobokan oleh senandung waktu yang lenyap entah ke
mana. Ia juga membanjiri setiap jengkal bumi semua bangsa, dan memasuki setiap
bidang individu, dengan arus waktunya sehari-hari yang tak mungkin bisa dihentikan”.
–Malek Bennabi, Cendekiawan dan Filsuf Muslim Aljazair.
Untuk itu, dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan onak dan duri, ujian dan cobaan disetiap lini kehidupan ini, diperlukan kesadaran dan konsisteni menanamkan benih-benih akhlak terpuji salah satunya adalah menghidupkan akhlak malu. Ditengah kondisi negara yang sedang berada dalam jurang keruntuhan dan kehancuran karena ulah pada pejabat pemerintah yang melakukan korupsi, kolusi secara berjamaah, dan juga kasus pelecehan seksual, porno grafi-porno aksi, saling mencaci maki, menebar fitnah, adu domba, konsumsi narkoba, miras oplosan,dll. dan juga rendahnya wawasan ilmu pengetahuan, kemerosotan moral dan akhlak di masyarakat.
Waktu berlalu
begitu cepat, saat kita masih "anak-anak" dan "remaja" kita
merasa waktu bergulir sangat lambat dan masih lama sehingga di masa muda atau
dewasa kita sering berfoya foya, berleha-leha dalam mengarungi kehidupan. Waktu
tidak pernah berhenti bergulir, umur terbatas dan badan perlahan lemah dan
rapuh, sedangkan detik ini kita masih di beri jiwa raga sehat, tetapi kita
belum mampu memanfaatkan aktivitas yang produktif bagi diri sendiri, masyarakat
dan negara.
Orang-orang Barat
adalah orang yang sangat menghargai waktu dan mereka punya budaya tepat waktu,
baik ketika berangkat ke sekolah, kantor atau pertemuan dengan orang lain.
Sampai ada ungkapan seperti "waktu adalah uang", ungkapan ini salah
satu standar bagi mereka bahwa setiap menit yang bergulir harus mendapatkan
materi atau uang, atau aktivitas dunia di ukur serba materialisme.
Mungkin, tidak
hanya orang Barat yang mempunyai konsep tentang waktu melainkan orang Timur
atau Islam juga punya konsep waktu, seperti dalam Surah Al-Asr yang membahas
mengenai konsep waktu. Dalam surah itu, di jelaskan bagaimana setiap umat
muslim memanfaatkan waktu untuk beribadah kepada Allah swt, beramal shaleh,
menghidupkan akhlak baik kepada sesama umat manusia yang hidup di dunia ini.
Islam memandang bahwa dalam setiap aspek hidup manusia adalah ibadah, maka di
setiap tingkah laku berada dalam pengawasan Allah swt. Untuk itu, setiap
manusia saling berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, saling menasehati,
memotivasi dan tolong menolong ketika berada dalam kesusahan sebagai sarana untuk
beramal baik dan memudahkan kondisi diri sendiri, teman-teman, keluarga dan
masyarakat.
Karena hidup
memang begitu singkat, salah satu cara atau rahasia untuk meraih kebahagiaan
adalah dengan memanfaatkan waktu yang singkat itu dengan melakukan aktivitas
yang dapat membuat dirimu berkembang menjadi lebih baik dari hari-hari
sebelumnya.
Selain itu kita juga sepatutnya
menjalani hidup dengan sepenuh hati seperti dengan merenung, menghayati, dan
mensyukuri setiap menit dengan beribadah, berdo'a, bermunajat kepada Allah swt,
Dan juga befikir positif, rendah hati dan toleransi (menghargai perbedaan)
antar sesama, tetap bersabar, gigih, semangat dan pantang menyerah menghadapi ujian dan cobaan yang menimpa hidup.
bukan malah berputus asa, resah-gelisah, atau menyalahkan orang lain. Melainkan
kita menjalani hidup dengan sepenuh hati dan mengalir apa adanya. Kita tidak
boleh terlalu larut dalam kegagalan di masa lalu dan pusing dengan kondisi di
masa depan. waktu yang tepat dan terbaik untuk memulai menanam benih-benih
kebaikan adalah masa kini.
Menjalani hidup
dengan sepenuh hati juga adalah hidup dengan penuh rasa sabar, syukur, rendah
hati, istiqomah, dan bersemangat mewujudkan cita-cita hidup. Karena dengan
modal itulah kita akan mendapatkan kedamaian, keharmonisan dan kesejahteraan
hidup.
Selain menjalani kehidupan dengan nilai-nilai
di atas, Kita juga perlu terus meneguhkan atau menghidupkan Akhlak baik bagi
diri sendiri dan orang lain. Salah satu akhlak baik itu adalah konsisten
menghidupkan akhlak jujur, amanah, malu,dll.
Menghidupkan Akhlak Malu
Malu adalah
sifat yang dapat membentengi seseorang dari perilaku yang kurang sopan. Islam
memerintahkan pemeluknya memiliki sifat malu, karena sifat malu dapat
meningkatkan akhlak seseorang menjadi tinggi, orang yang tidak memiliki sifat malu,
akhlaknya akan rendah laksana hewan dan bahkan lebih rendah dari itu atau sulit
mengendalikan nafsu ujian hidup.
Sifat malu adalah ciri khas seorang muslim beriman, orang yang memiliki sifat malu, ketika dia melakukan kesalahan atau melanggar norma di masyarakat. maka ia akan langsung meminta maaf dan menyesal dengan perilakunya tersebut. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki sifat malu pada dirinya, ketika melakukan kesalahan ia tidak akan merasa bersalah dan biasa saja meskipun banyak orang yang melihat atau menasehatinya.
Sifat malu adalah ciri khas seorang muslim beriman, orang yang memiliki sifat malu, ketika dia melakukan kesalahan atau melanggar norma di masyarakat. maka ia akan langsung meminta maaf dan menyesal dengan perilakunya tersebut. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki sifat malu pada dirinya, ketika melakukan kesalahan ia tidak akan merasa bersalah dan biasa saja meskipun banyak orang yang melihat atau menasehatinya.
Islam
menempatkan sifat malu sebagian dari iman, orang malu pasti memiliki sifat
malu, orang yang tidak memiliki sifat malu dalam dirinya berarti dia tidak ada
iman meskipun lidahnya sudah bersaksi atau menyatakan beriman. Rasulullah Saw,
bersabda: "sesungguhnya setiap agama
mempunyai akhlak dan sesungguhnya akhlak islam adalah malu".
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah).
Sifat malu perlu diterapkan seseorang
dalam setiap aktivitas kehidupan, dengan merealisasikan sifat malu tersebut
dapat membendung dari perbuatan tercela, sembrono, keji-hina yang dapat merendahkan
martabat diir sendiri dan menimbulkan konflik antar sesama umat manusia.
Apabila seseorang hilang sifat malunya, maka martabat manusia menjadi lebih
buruk dan bahkan hina ke lembah derajat paling rendah seperti binatang. Rasulullah Saw,
bersabda "sesungguhnya Allah swt
apabila hendak membinasakan seseorang, dia mencabut rasa malu dari orang
itu".
Apabila rasa malunya sudah dicabut, kamu
tidak menjumpainya kecuali benci. Apabila tidak menjumpainya dibenci,
dicabutlah darinya sifat amanah. apabila sifat amanah sudah di cabut oleh
sesama manusia, maka orang tersebut didapati sebagai penghianat dan di
khianati. Kalau sudah jadi pengkhianat dan dikhianati, dicabutlah darinya
rahmat, kalau rahmat sudah dicabut, tidak akan kamu dapati dirinya kecuali terkutuk
yang mengutuk, apabila terkutuk yang mengutuk sudahdicabut darinya, maka
akhirnya dicabutlah ikatan keislamannya,(Ibnu Majah).
Untuk itu, dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan onak dan duri, ujian dan cobaan disetiap lini kehidupan ini, diperlukan kesadaran dan konsisteni menanamkan benih-benih akhlak terpuji salah satunya adalah menghidupkan akhlak malu. Ditengah kondisi negara yang sedang berada dalam jurang keruntuhan dan kehancuran karena ulah pada pejabat pemerintah yang melakukan korupsi, kolusi secara berjamaah, dan juga kasus pelecehan seksual, porno grafi-porno aksi, saling mencaci maki, menebar fitnah, adu domba, konsumsi narkoba, miras oplosan,dll. dan juga rendahnya wawasan ilmu pengetahuan, kemerosotan moral dan akhlak di masyarakat.
Dengan demikian,
langkah yang dibutuhkan oleh seluruh elemen (warga masyarakat) indonesia adalah
mulai sadar, konsisten menghidupkan dan menanamkan benih-benih akhlak jujur, rendah
hati, toleransi (menghargai perbedaan suku, ras, agama dan budaya), amanah dan malu
pada setiap anak-anak, mahasiswa,dan pemimpin (pemerintahan) adalah hal
terpenting untuk merawat dan menjaga eksitensi masyarakat dan negara indonesia
dalam menghadapi gemburan nilai dan budaya dari negara lain yang dapat
menggusur nilai, norma dan budaya luhur bangsa indonesia sendiri.
Malu melakukan
perbuatan curang dan bohong, korupsi, dan memperkosa hak orang lain hanya untuk
mempertahankan kekuasaan individu dan kelompok. Malu saling mencaci maki,
mencela, merendahkan harga diri antar sesama. Malu saling membully, tawuran
atau konflik sesama generasi bangsa. Malu melakukan pelecehan seksual,
narkotika, berfoya-foya pemborosan, berleha-leha, dan membuat kegaduhan di
lingkungan (organisasi), kampus, maupun masyarakat.
Malu melakukan perbuatan keji,fitnah,
mencemooh, pada diri sendiri. Malu tidak memaafkan kesalahan diri sendiri dan
orang lain. Malu tidak meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan, akhlak baik dan
menghargai perbedaan (toleransi). Malu tidak tolong menolong, bagu membahu
gotong royong, memberikan nasehat, kebermanfaatan dan pencerahan bagi diri
sendiri dan masyarakat.
Waktu adalah salah satu nikmat utama
yang dilimpahkan oleh Allah swt kepada setiap manusia, dengan nikmat itu
manusia dapat konsisten meningkatkan kecerdasan (wawasan) ilmu pengetahuan,
akhlak baik dan kejernihan hati nurani dan toleransi(menghargai perbedaan suku,
budaya dan agama) antar sesama generasi bangsa.
*)Penulis
adalah Fitratul Akbar, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama
Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Kota Malang, Jum’at 1 Maret 2019. Kedai Barongsari
KaliMetro, 22:30 WIB.
Komentar
Posting Komentar