*Waktu adalah Kehidupan

Waktu berlalu begitu cepat, saat kita masih "muda" kita merasa waktu bergulir masih lama sehingga di masa "muda" itu kita sering berfoya foya, berleha-leha dalam mengarungi hidup. Waktu tidak pernah berhenti bergulir, umur terbatas dan badan perlahan lemah dan rapuh, sedangkan detik ini kita masih di beri jiwa raga sehat, tapi kita belum mampu memanfaatkan aktivitas yang produktif bagi diri sendiri, masyarakat dan negara.
Orang-orang Barat adalah orang yang sangat menghargai waktu dan mereka punya budaya tepat waktu, baik ketika berangkat ke sekolah, kantor atau pertemuan dengan orang lain. sampai ada ungkapan seperti "waktu adalah uang", Ungkapan ini salah satu standar bagi mereka bahwa setiap menit yang bergulir harus mendapatkan materi/uang atau aktivitas dunia di ukur serba materialisme. Mungkin, tidak hanya orang Barat yang mempunyai konsep tentang waktu melainkan orang Timur/Islam juga punya konsep waktu, seperti dalam Surah Al-Asr yang membahas mengenai konsep waktu. Dalam surah itu, di jelaskan bagaimana setiap umat muslim memanfaatkan waktu untuk beribadah kepada Allah swt, beramal shaleh kepada sesama manusia yang hidup di dunia ini. 
Islam memandang bahwa dalam setiap aspek hidup manusia adalah ibadah, maka di setiap tingkah laku berada dalam pengawasan Allah swt. Untuk itu, setiap manusia saling berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, saling sehat-menasehati, memotivasi dan tolong menolong ketika berada dalam kesusahan agar setiap menit yang di jalani bernilai ibadah bagi diri kita sendiri dan masyarakat. Karena hidup memang begitu singkat, maka salah satu rahasia untuk meraih kebahagiaan adalah dengan menikmati dan memanfaatkan waktu yang singkat itu dengan melakukan aktivitas yang dapat membuat dirimu berkembang menjadi lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Selain itu kita juga sepatutnya menjalani hidup dengan sepenuh hati seperti dengan merenung, menghayati, dan mensyukuri setiap menit dengan terus befikir positif mengenai ujian dan cobaan hidup yang di hadapi. bukan malah berputus asa, resah-gelisah, gundah-gulana dan menyalahkan masyarakat dan lingkungan. melainkan kita menjalani hidup dengan sepenuh hati dan mengalir apa adanya. kita tidak boleh terlalu larut dalam kegagalan di masa lalu dan pusing dengan kondisi di masa depan. waktu yang tepat/terbaik untuk memulai menanam benih-benih kebaikan adalah masa kini. Menjalani hidup dengan sepenuh hati juga adalah hidup dengan penuh rasa sabar, syukur, rendah hati, istiqomah, dan bersemangat mewujudkan cita-cita hidup. Karena dengan modal itulah kita akan mendapatkan kedamaian dan kesejahteraan hidup.
Ketika bangun dari tempat tidur, sepatutnya kita mengucapkan rasa syukur kepada Allah swt karena kita masih di beri kesempatan hidup dan bisa menghirup udara segar di pagi hari dan menikmati burung-burung dan kendaraan yang lalu lalang di pelataran rumah. Karena kita masih di beri kesehatan dan rezeki, jadi kita memanfaatkan waktu tersebut untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, perbuatan dosa/zalim dan juga kita bisa menyedekahkan sebagian harta kita kepada orang yang lemah atau miskin. Maka agar menjadi umat yang terbaik di sisi Allah swt yaitu dengan terus memberikan rahmat, kedamaian, kesejahtaraan, tolong menolong dan berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan antar sesama umat manusia di dunia ini.
Orang-orang yang bahagia adalah orang yang menjalani hidup dengan sepenuh hati, dimanapun dan kapanpun mereka berada. Jika "kita" ingin menjalani hidup dengan bahagia, maka singkirkan sifat iri, dengki, sombong dan sifat-sifat tercela lainnya karena sifat tercela itu dapat menghalangi mu dari cahaya kebahagiaan. Orang yang bahagia adalah orang yang selalu sabar dan syukur dalam menjalani hidup dan selalu memandang setiap menit hidup adalah nikmat dan anugerah. maka orang-orang yang telah menemukan makna dan tujuan hidup, tidak akan berleha-leha, bermalas-malasan dan menyia-menyiakan satu menit atau hari kehidupan.
Dalam hidup, "kita" tak pernah tahu dengan umur atau keberadaan kita di dunia. maka dengan itu, kita sepatutnya mulai menghargai dan mensyukuri setiap menit hidup. Karena memang sudah di sebutkan dalam Al-Qur'an bahwa setiap umat manusia akan merasakan kematian baik itu cepat atau lambat. Dan kematian itu selalu mengintai umat manusia, dimanapun kita berada dan kapanpun waktunya tiba, kita tidak bisa bersembunyi dari kematian karena kematian itu sendiri berada dalam jiwa raga manusia.
Maka untuk itu, penulis menasehati diri sendiri dan orang lain untuk mulai menghayati, mensyukuri, menjalani hidup dengan sepenuh hati dan menghayati setiap momen kehidupan karena hidup hanya sementara dan singkat. untuk mengakhiri tulisan ini, marilah kita bersama sama menanam beni-hbenih kebaikan sebanyak-banyaknya di sisa umur dan hidup kita di dunia ini.

*)Penulis adalah Fitratul Akbar, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Kota Malang, 18 Juli 2019, 12:30 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Meneladani Perjuangan bapak Pendiri Bangsa.

Islam Melindungi Kemanusiaan Abad 21

Mahatma Gandhi dan Manusia Ahimsa (Anti Kekerasan)