Postingan

Menampilkan postingan dari Februari 17, 2019

*Menghidupkan Cahaya Ilmu dan Akhlak Mulia

Cahaya yang diciptakan oleh Allah swt seperti matahari, bulan, bintang itu bersifat rahmatan lil alamin . Artinya adalah bahwa setiap ciptaan Allah swt diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Diberikan kepada siapa saja didunia ini tanpa memandang agama, suku, ras, budaya daerah, dan bahkan cahaya Allah swt itu diberikan kepada orang-orang yang tidak percaya, membangkan atau menolak kepada risalah nabi dan kebenaran al-qur’an. Maka, begitu cahaya Allah swt menyinari bumi, dan cahaya alam semesta ini, semua umat manusia bisa menikmatinya. Akan tetapi, cahaya Allah yang diberikan kepada hati manusia disebut hidayah itu adalah hanya diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki oleh Allah swt, dan juga Allah swt memberikan cahaya kepada setiap individu yang siap menerima cahaya-nya. Dan orang orang yang didalam hatinya menginginkan kebenaran sejati, petunjuk hidayah Allah swt. Jadi untuk memperoleh cahaya Allah swt, yaitu dalam setiap diri manusia harus ada kemauan untuk mendapatkan

Cerpen: Menempuh Jalan Sunyi

Hingga detik ini. Aku masih memilih jalan sunyi. Jalan terjal penuh onak dan duri. Jalan yang dibutuhkan kesabaran, kegigihan, dan kejernihan iman dan ahlak dalam melewatinya. Jalan setapak, jalan kecil, menembus gedung-gedung, berpijak dengan langkah ringan dan fokus, sesekali menerobos lika-liku rumah rumah, lika-liku hutan belantara.  Entah kenapa, akal fikiranku selalu membawanya, membawa ke lembah kesunyian dan keheningan ini. Entah kenapa, hati nuraniku selalu bergetar dan bergelora ketika menempun jalan ini. Akalku, hatiku dan kakiku, seirama dalam meniti jalan sunyi ini. aku yakin dan percaya. Bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah swt di bumi ini adalah tidak ada yang sia-sia, semuanya bermakna. Boleh jadi, ketika aku tersesat dijalan yang gelap dan sunyi. Aku menemukan sahabat, menikmati cahaya rembulan dan menghidupkan iman dan akhlak mulia hingga mencapai impian atau tujuan yang hendak aku capai. Boleh jadi, ketika aku menepi sendirian ini. Aku bisa menggunak

*Hidup adalah Menanam

Hidup adalah Menanam (II) Kalau "kamu" tidak sanggup menjadi petani di sawah-sawah dan kebun-kebun yang bergelut dengan lumpur-lumpur dan terik matahari. Jadilah kamu Petani di masyarakat yang menyediakan benih-benih kesyukuran, kesabaran, kejujuran, kasih sayang, toleransi dan persaudaraan. Benih-benih di atas tidak akan pernah tumbuh berkembang kalau tidak pernah dirawat oleh setiap umat manusia. Kalau benih-benih itu tumbuh sumbur, kelak umat manusia sendiri yang mendapatkan manfaatnya dengan menumbuhkan kedamaian, keteduhan dan keharmonisan hidup antar sesama manusia. Janganlah "kamu" hendak memanen kalau kita tidak pernah menanam. Setiap pepohonan tidak akan bisa tumbuh menjulang tinggi, kalau tidak ada akar yang yang menancap atau mengakar di tanah atau ladang. Pepohonan yang memiliki akar kuat akan lebih mudah tumbuh subur dan tidak mudah tergoyahkan ketika badai-topan menerjang. Begitupula, dengan kehidupan umat manusia didunia ini. ketika setiap