Postingan

Menampilkan postingan dari Mei 10, 2020

Ironi Pembaguan Negara Era Kekinian

Kemajuan masyarakat yang semakin modern dan makmur, ternyata tidak mampu mengubur potensi tindak kejahatan dan kekerasan sosial yang justru meningkat. Kejahatan, sadisme, dan kekerasan sosial tampaknya berada diluar kemodernan, ketradisionalan, keterbelakangan, sehingga kebiadaban dan kekejaman manusia bisa terjadi dalam masyarakat berpeadaban tinggi dengan kemakmuran ekonomi. Berita mengenai tindakan kekerasan dan kejahatan masih terus memenuhi lembaran koran, sehingga persoalannya bukan bagaimana itu terjadi, tetapi masih adakah jalan menghentikannya. Orang pun bertanya bagaimana hidup tanpa khawatir tanahnya terserobot, pergi bekerja tanpa bayaran maut bagi dirinya dan keluarganya yang ditinggalkannya dirumah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam dunia berdabab tetap berlaku ungkapan, "yang kuasa atau kuat yang menang, atau manusia serigala bagi manusia lainnya". Jika dikatakan bahwa prinsip paling dasar dari manusia dan alam pada akhirnya bersifat rasional, maka tata lingkunga

Mahatma Gandhi dan Manusia Ahimsa (Anti Kekerasan)

makna himsa dalam evolusi umat manusia, manusia berkembang dari sikap sikap ahimsa menuju ke dalam praktek praktek hidup ahimsa. hal ini dapat kita amati dari kegiatan manusia yang mula mula nomad. pada waktu itu mereka memburu inatang sebagai makanannya, tempat tinggal mereka masih digua ugua dan alat alat yang mereka gunakan masih sanga sederhana, namun setelah mereka mulai mengenal bahwa tanah yang mereka injka itu dapat diolah dan dapat menghasilkan makanan, mereka mulai menetap disuatu daerah yang mereka anggap subur. mereka juga mulai mmebutuhkan pranata untuk dapat hidup bersama dengan rukun dan damai. mereka mulai memenukan apa artinya mneghormati sesama, saling menghargai, dan seterusnya. mulai waktu itu pulalah manusia hidup secara ahimsa. hal 30. "manusia sebagai binatang itu himsa, tetapi sebagai roh ia bersifat ahimsa", manusia harus memperkembangkan kodrat dasar tersebut agar semakin manusiawi. dengan ahimsa, manusia tidak hanya bertindak secara manusiawi, t

Manusia Religius (2)

Gambar
Manusia tampak mengada sebagai manusia berkat memiliki badan, tetapi sekaligus manusia tampak mengada sebagai manusia juga berkat memiliki ruhani. Lalu bagaimanakah hubungan atau jalin-kelindan antara badan dan ruhani? Bagaimanakah duduk perkara antara badan dan ruhani? Bagaimanakah sifat-sifat badan dan ruhani yang dimiliki manusia? Manusia awam dan pemikir bersepakat bahwa hakikat manusia – lebih-lebih makrifat manusia – tetaplah makhluk ruhaniah kendati senantiasa mengada bersama badan. Pada saat bersamaan, badan menjadi manifestasi ruhani sekaligus ruhani menjadi spiritualisasi badan. Badan tanpa ruhani bukanlah manusia pada satu sisi dan pada sisi lain ruhani tanpa badan juga bukan manusia. Karena itu, manusia adalah makhluk ruhaniah yang membadan atau meraga. Sebagai makhluk ruhaniah, dengan berbagai sudut pandang dan cara pandang, dia senantiasa memiliki kecenderungan untuk selalu pulang kembali kepada hakikat-makrifatnya; berjumpa dan atau bersatu dengan hakikat terdalamn

PUISI PANCALAKU

Gambar
If you can not find peace in yourself, how can you find peace out there? And if you never found heaven in you heart, how can you ever find heaven? So first find peace in yourself and heaven in your heart then you will find peace and heaven anywhere, anytime. ( ~ Pancalaku ) Jika Anda tidak dapat menemukan kedamaian dalam diri Anda sendiri, Bagaimana kau bisa menemukan kedamaian di luar sana? Dan jika kamu tidak pernah menemukan surga di hatimu, Bagaimana kau bisa menemukan surga? Jadi pertama-tama temukan kedamaian dalam diri sendiri dan surga di hatimu Maka kamu akan menemukan kedamaian dan surga di mana saja, kapan saja. ( ~ Pancalaku ) Photo by Fikri Tuasikal @Omah Kayu, Malang, East Java

Kerohanian Manusia Pusaka Agama Islam

Kerohanian adalah pusaka agama islam yang dimulai dari nabi muhammad saw sampai kepada sahabat-sahabatnya, terus kepada masa kita ini.  Dengan alasan bahwa kesadaran dan pengakuan adanya Tuhan adalah dasar pokok kebenaran dalam beragama islam. Pengakuan dan penyaksian itu,  terjadi sejak manusia berada dalam alam arwah.  Karena itu,  setiap manusia didalam bathin kesadarannya mendengar pertanyaan,  sebagaimana firman Allah swt: "Alastu Birabbikum?  Qalu balaa,  Syahidna". (Apakah aku ini Allah bukan Tuhanmu?, dan ia (jiwa) menjawab: Ya,  kami telah naik saksi. Dari ilustrasi diatas,  kita sadar bahwa manusia itu mempunyai naluri ber-Tuhan. Tetapi naluri ber-Tuhan yang terdapat menurut kejadian dalam diri setiap orang,  mungkin akan hilang lenyap apabila tidak selalu dipupuk dan dipelihara,  apalagi kalau memang sengaja untuk dihilangkan dengan jalan melepaskan diri dari ikatan kerohanian dan rasa keTuhanan. Terlebih lebih,  pada masa dewasa ini, dimana dunia atau

Masyarakat Welas Asih (Compassion)

Apakah kebajikan belas kasih dapat bertahan hidup pada zaman teknologi dan informasi ini? apakah arti "belas kasih" itu sebenarnya?. Kata bahasa inggrisnya (compassionate) sering dipersamakan dengan kasihan dan dikaitkan dengan kebajikan sentimental yang tidak kritis. Oxford English Dictionary, misalnya mendefiniskan compassionate segala pitieous (memilukan) atau pitiable (menyedihkan). Persepsi compassion seperti ini tidak hanya meluas, tetapi telah tertanam.(Karen Amstrong, COMPASSION, 12 Langkah Menuju Hidup Berbelas Kasih, Hal:14). Compassion sebagian ditemukan dari patiri latin dan pathe yunani, yang berarti menderita, menjalani atau mengalami. Jadi compassion, menempatkan diri kita dalam posisi orang lain, untuk merasakan penderitannya seolah-olah itu adalah penderitaan kita sendiri, dan secara murah hati masuk ke dalam sudut pandangnya. Itulah sebabnya belas kasih secara tepat diringkas dalam kaidah emas, "Yang meminta kita  untuk melihat kedalam hati kita sendiri