Politisi-Politisi yang Defisit Akhlak Malu

Negara kita indonesia ini sudah berada di lingkaran setan, sudah berada diujung tanduk, sudah berada di atas angin, sudah berada diambang kehancuran. Negara kita indonesia ini perlahan sendi-sendi negara kita, sudah nampak kebobrokan atau keruntuhan, dan bahkan tenggelam ke dasar lautan bumi pertiwi ini. Mungkin masih banyak lagi istilah-istilah lain yang menggambarkan betapa bobrok, hancur dan hilangnya wibawa dan jati diri kita sebagai negara yang besar, merdeka dan berdaulat ini.

Negara kita indonesia ini sudah ruwet dan mumet, sulit menemukan benang merahnya, sulit mencari obat penawar yang bisa menyembuhkannya. Kalau diibaratkan seorang manusia, negara kita indonesia ini, sudah mengalami komplikasi, penyakit-penyakit atau virus-virusnya sudah menyebar dan menjangkiti ke seluruh jiwa raga/anggota tubuh, yang membuat pesakitan dan lumpuh, perlahan-lahan lumpuh, rapuh, dan hilangnya ruh seorang manusia itu. Begitulah analogi tubuh manusia, yang menggambarkan kondisi negara kita indonesia saat ini.

Negara kita indonesia ini, khususnya pemimpin-pemimpin, menteri-menteri, pegawai dan politisi. Yang fungsi utamanya adalah mengurus dan mewakili aspirasi, kebutuhan atau kepentingan hajat hidup masyarakat banyak. Sudah kehilangan moral/akhlak kejujuran, rendah hati, amanah dan urat saraf malunya, bahkan sudah kehilangan kewibawaan, jati diri atau eksistensinya sebagai seorang manusia khususunya seorang pemimpin negara.

Belakangan ini, Kita sebagai masyarakat awam, terdidik, dan masyarakat sipil. Misalnya, Kita melihat dan mengamati betapa kita sebagai masyarakat, disuguhkan dengan ulah-ulah politisi yang saling mencaci-maki, mengadu domba, saling lapor-melapor, dan bahkan saling korupsi atau maling uang rakyat.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap Ketua Umum PPP Romahurmuziy (Romy) terkait dugaan suap jual beli jabatan di Kementerian Agama (Kemenag), Jum’at (14/3) pagi.Penangkapan Romy yang kini statusnya menjadi tersangka kasus korupsi tersebut tentu membuat kekecewaan publik terhadap elite parpol semakin tinggi. Hal tersebut tidak terlepas dari ingatan publik pada sosok Ketua Umum Golkar 2016-2017 (Setya Novanto), Ketua Umum PPP 2007-2014 (Suryadharma Ali), Ketua Umum Partai Demokrat (Anas Urbaningrum), dan Presiden PKS 2009-2014 (Luthfi Hasan Ishaaq). 
Mereka semua adalah politisi yang pernah terjerat kasus korupsi ketika menjabat sebagai ketua umum partai. Berdasarkan data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dari 891 pelaku korupsi yang sudah dijerat sebanyak 61,17 persen atau sekitar 545 koruptor yang di tangani KPK berasal dari latar belakang unsur politik. Dari 545 aktor politik yang dijerat KPK terdiri dari 69 orang anggota DPR-RI, 149 orang anggota DPRD, 104 kepala daerah. Selain itu, terdapat 223 orang pihak lain yang terkait dalam perkara tersebut (Republika, 24/11/2018).

Dengan demikian Islam dengan tegas mengingatkan bahwa benteng terkuat untuk menghambat segala kemungkaran adalah akhlak malu. Justru inilah yang merisaukan kita karena dinegeri kita ini sudah mengalami defisit akhlak malu itu. Artinya, di negara ini, perbuatan-perbuatan mungkar sudah begitu meluas dan masif dibandingkan kegiatan-kegiatan makruf. Orang tak malu setelah membuat gaduh lalu pergi umrah. Orang tak malu pakai baju oranye KPK, masih saja ketawa-ketawa dan sumringah. Orang tak malu berjilbab tapi korupsi. Ia tokoh Islam sekaligus ketua partai Islam tapi dipenjara. Orang tak malu berpakaian setengah telanjang di muka umum. Orang tak malu berbohong demi nafsu dan kekuasaan. Orang tak malu pamer harta di depan umum padahal didapat dengan cara  yang tak halal. 

Fungsi Akhlak Malu
Kita tahu bahwa Islam menempatkan akhlak pada posisi yang tinggi sesuai dengan tugas utama Rasulullah yaitu untuk memperbaiki akhlak umat manusia. Salah satu wujud akhlak adalah rasa malu dimana semua agama mempunyai ajaran akhlak, dan akhlak islam adalah rasa malu.
Adapun pengertian malu menurut Islam yaitu, Sikap manusia yang takut terhadap perbuatannya yang menyebabkan tercela oleh pihak lain terhadap dirinya. Cakupan malu sama dengan akhlak yaitu; malu terhadap Allah SWT, malu terhadap keluarga, malu terhadap masyarakat, malu terhadap diri sendiri  dan lingkungan. Rasulullah SAW bersabda, "sesungguhnya Allah swt apabila hendak membinasakan seseorang, dia mencabut rasa malu dari orang itu".
Ada 3 macam akhlak Malu yang perlu melekat pada seorang manusia, yaitu:
Pertama, malu kepada diri sendiri ketika sedikit melakukan amal kepada Allah dan kebaikan untuk umat dibandingkan orang lain. Malu ini mendorong-nya meningkatkan kuantitas amal saleh dan pengabdian kepada Allah dan umat.
Kedua, malu kepada manusia. Ini penting, karena dapat mengendalikan diri agar tidak melanggar ajaran agama,meskipun yang bersangkutan tidak memperoleh pahala sempurna lantaran malunya bukan karena Allah. Namun, malu seperti ini dapat memberikan kebaikan baginya dari Allah karena ia terpelihara dari perbuatan dosa.
Ketiga, malu kepada Allah swt. Ini malu yang terbaik dan dapat membawa kebahagiaan hidup. Orang yang malu kepada Allah tidak akan berani melakukan keslahan dan meninggalkan kewajiban selama meyakini Allah selalu mengawasinya.
Mengingat sifat malu penting sebagai benteng memelihara akhlak seseorang dan sumber utama kebaikan, maka sifat ini perlu dimiliki dan dipelihara dengan baik. Lebih-lebih sifat malu dapat memelihara iman seseorang. Meskipun malu merupakan naluri manusia namun dalam prakteknya  memerlukan usaha, ilmu dan niat. Mari kita berusaha terus dengan ilmu dan niat yang tepat sehingga sikap dan perilaku kita dilandasi rasa malu InsyaAllah  semua akan berlangsung dengan baik. Jika tidak  kita akan nikmati segala akibat dari minus rasa malu itu dalam kehidupan masing-masing.

Konklusi
Dengan demikian, ditengah kondisi negara kita indonesia yang berada di lingkaran setan, sudah berada di ujung tanduk, bahkan berada di ambang keruntuhan ini. Maka, sudah menjadi kesadaran, mawas diri, dan keinsafan semua elemen masyarakat adalah untuk meningkatkan, menghidupkan kembali dan menjunjung tinggi nilai kecerdasan akal fikiran/ilmu pengetahuan dan kejernihan akhlak mulia, setiap individu dan masyarakat. Karena dengan kedua modal itulah sebuah bangsa dan negara dapat menghidupkan atau meneggakan kembali jati diri, identitas, kemandirian dan kewibawaannya dalam negeri sendiri maupun dihadapan negara-negara lain. Salah satu moralitas atau akhlak mulia yang harus dimiliki oleh setiap individu dan kelompok masyarakat di indonesia adalah menghidupkan akhlak Malu. Selaku masyarakat indonesia khususnya umat islam sebagai mukmin sejati tidak ada alasan untuk tidak punya akhlak malu, karena akhlak malu itu adalah bagian dari iman dan benteng terkuat dalam menghadang segala kemungkaran dan kezaliman adalah punya akhlak malu. Wassallam.

*)Penulis adalah Fitratul Akbar, Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam UMM. Kota Malang, 25 Maret 2019. Gazebo Perpustakaan 20:00 WIB. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Meneladani Perjuangan bapak Pendiri Bangsa.

Islam Melindungi Kemanusiaan Abad 21

Mahatma Gandhi dan Manusia Ahimsa (Anti Kekerasan)