*Tentang Waktu, Pendidikan, dan Kematian


PERUBAHAN itu suatu keniscayaan, suka atau tidak suka umat manusia tetap menghadapi Perubahan. Hingga hari ini kita merasakan perubahan teknologi informasi, perkembangan ilmu pengetahuan, infrastruktur,dll. Tetapi hakikat perubahan adalah perubahan cara manusia berpikir dan berperilaku dalam masyarakat dan negara. Karena alam semesta dan masyarakat terus berkembang dengan ditandai pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi infomrasi, maka setiap manusia cenderung mengikuti perubahan-perubahan zaman yang baru tersebut kemudian mudah meninggalkan yang lama, juga karena menghadapi pesatnya perubahan zaman membuat manusia tidak siap menerima nilai-nilai yang baru dan mengalami culture shock atau future shock. Karena itu, agar tidak mengalami future shock maka setiap manusia kembali kepada norma/nilai agama, karena agama sekumpulan pedoman, petunjuk dan kompas yang menuntun umat manusia agar supaya menjalani aktivitas masa kini, dan kemudian mudah mencapai tujuan yang dicapai dimasa depan.

Hidup sangat singkat dan sementara. Musim berganti tak menentu arah, Waktu bergulir begitu cepat laksana halilintar yang menembus jiwa raga. Bumi adalah tempat mencurahkan air mata yang berubah menjadi mata air kehidupan bagi orang-orang yang selalu tunduk dan patuh kepada Allah swt dan saling mencintai, menghormati antar sesama manusia. Hidup sangat singkat dan sementara. Kamu tidak akan mampu mengikuti perkembangan zaman, karena zaman terus bergulir seperti kilat yang bertepi. Kamu cukup megisi setiap waktu dengan aktivitas yang mengembangkan potensi diri dan akhlakmu. Kamu tidak akan mampu memanajemen waktu, karena waktu terus bergulir 24 jam. Kamu cukup memenej energimu untuk mengisi setiap menit kehidupan. Hidup hanya sebentar, maka manfaatkan waktu se-efektif mungkin untuk menggali potensi diri dan memberikan manfaat bagi masyarakat dan negara.

Gunakan setiap menit hidup untuk selalu beribadah dan berdoa kepada Allah swt. Kemudian meningkatkan wawasan keilmuan dan akhlak baik agar mampu memberikan kedamaian, kebahagiaan, keharmonisan dan kemanfaatan bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Kehidupan adalah waktu menunggu kematian didunia yang fana. Sedangkan Kematian adalah meneruskan kehidupan diakhirat yang kekal.  "Kebahagiaan, kedamaian, dan ketentraman hati senantiasa berawal dari ilmu pengetahuan. Itu terjadi karena ilmu mampu menembus yang samar, menemukan sesuatu yanh hilang, dan menyingkap yang tersembunyi. Selain itu, naluri dari jiwa manusia itu adalah selalu ingin mengetahui hal-hal yang baru dan ingin mengungkap sesuatu yang menarik. Kebodohan itu sangat membosankan dan menyedihkan, Pasalnya, ia tidak pernah memunculkan hal baru yang lebih menarik dan segar, yang kemarin seperti hari ini, dan yang hari ini pun akan sama dengan yang akan terjadi esok hari. Bila anda ingin senantiasa bahagia, tuntutlah ilmu, galilah pengetahuan, dan raihlah pelbagai manfaat, niscaya semua kesedihan, kepedihan, dan kecemasan itu akan sirna".(Dr.Aidh Al-Qarni, La Tahzan, Hal:67).

Pendidikan
Kehidupan binatang adalah beternak diri, sedangkan Kehidupan umat manusia adalah mendidik diri. Manusia adalah makluk yang sempurna dibanding binatang dan malaikat. Manusia dikatakan sempurna, karena dibekali akal fikiran dan hawa nafsu. Manusia dapat menggunakan akal fikiran untuk menikmati ciptaan dan kekuasaan Allah swt, meningkatkan wawasan keilmuan dengan proses belajar dimana dan kapanpun. Setiap peristiwa yang terjadi di setiap sudut kehidupan adalah sumber ilmu pengetahuan. Maka manfaatkan akal untuk berfikir agar mampu menangkap atau menyerap ilmu pengetahuan kedalam jiwa raga.

Ketika umat manusia menggunakan akal fikiran untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, tentunya ilmu pengetahuan yang miliki setiap individu tersebut dapat mendekatkan diri atau tunduk kepada Allah swt, dan menjadi pribadi yang taat menjalankan amal kebaikan bagi diri sendiri, teman-teman, dan masyarakat. Setiap umat manusia adalah sumber ilmu pengetahuan, dan setiap manusia saling tolong- menolong, memberi nasehat dan pencerahan. Karena tidak ada kedamaian dan keharmonisan hidup, Kalau tidak ada individu yang menebarkan cahaya ilmu pengetahaun dan akhlak luhur kehidupan antar sesama manusia.

Selanjutnya, karena dengan ilmu pengetahuan, individu menjadi pribadi yang bersabar, bersyukur, rendah hati dan menebarkan cahaya. Bukan malah membuat individu congkak, menyombongkan diri, saling caci maki dan memicu konflik antar sesama. Kemudian, dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki, setiap inidvidu dapat merubah dari dunia penuh kegelapan, kezaliman dan kesesatan. Menjadi dunia penuh cahaya kedamaian, toleransi, persaudaraan antar sesama. Seperti peribahasa indonesia berbunyi, "Jauhari juga yang mengenali manikam", Artinya adalah, "hanya orang bijak yang mengetahui nilai ilmu pengetahuan". Seperti Aidh Al-Qarni mengatakan, "keberhasilan adalah tetesan-tetesan dari kerja keras, penderitaan, luka, pengorbanan, dan kecemasan. Sedangkan kegagalan adalah tetesan-tetesan dari kemalasan, tidak punya greget, perasaan minder, dan tidak bergairah. Orang yang hanya memburu ketenaran sesaat, dan enggan untuk mencari ketenaran yang abadi denganpujian yang baik, ilmu yang bermanfaat, dan amal saleh, maka orang itu adalah orang-orang bertipe pas-pasan dan tidak punya greget".(La Tahzan, Aidh Al-Qarni, Hal:554).

Al-Kindi Filosof Islam pertama berkata, "Jangan meniru perangai lampu, menerangi orang tetapi diri sendiri terbakar. Tetapi contohlah perangai bulan, tiap-tiap dia bertentangan dengan matahari, dia mendapat cahaya baru". Seperti kata pribahasa indonesia: "Adat pulau limburan pasang", Artinya adalah adat ialah saling membantu. yang kaya membantu yang miskin, yang berilmu bantu yang bodoh, yang berkuasa bantu yang lemah". Peribahasa Batak: "Holong manjalak holong, holong menjalak bambu", Artinya adalah kasih sayang mencari kasih sayang, Dengan kasih sayang menimbulkan keakraban dan dengan keakraban memudahkan persatuan dalam masyarakat. Peribahasa indonesia, "Lebih baik mutiara sebutir daripada pasir sepantai"Artinya adalah lebih baik atau berharga satu orang berbudi baik daripada sekawanan orang jahat". Kemudian peribahasa indonesia yang lain, "Hidup kayu berbuah, hidup orang biar berjasa"Artinya adalah selagi hidup didunia hendaklah berbuat baik untuk diri sendiri dan masyarakat".

Terus Memperbaiki Diri
Prof.Dr.Buya Hamka, mengatakan bahwa,"...Orang yang ingin memperbaiki orang lain, hendaklah sanggup memperbaiki dirinya terlebih dahulu. tidaklah orang merusakkan orang lain, kalau dirinya sendiri belum rusak. Sebab itu engkau hendak memperbaiki rakyatmu, perbaikilah dirimu. Kalau engkau hendak membersihkan cacat orang lain, bersihkanlah dirimu. Sekali kali jangan engkau sangka bahwa semat mata lantaran engkau telah mengeluarkan suara saja, tidak diikuti dengan pekerjaan, telah lepas kewajibanmu. Itu tidak sempurna, kalau kata tidak dituruti perbuatan. Terus terang sejak dari dalam batinmu lalu keluar dari mulutmu".(Falsafah Budi, Hal: 87).

Untuk itu, perbaiki diri telebih dahulu baru perbaiki hidup orang lain yaitu dengan cara bersemangat, kerja keras dalam mencari dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan. Karena dengan modal ilmu pengetahuan setiap individu dapat saling menasehati, memperbaiki dan memecahkan masalah. Juga, perkataan yang di lontarkan setiap individu, masyarakat dan pemimpin harus selaras dengan tindakan agar supaya melahirkan atau menciptakan kehidupan yang damai, sejahtera dan harmonis. Tentunya harus mengedepankan perkataan yang santun, sejuk dan damai agar timbul rasa percaya dan persaudaraan. Menghidari perkataan yang memicu konflik, mencaci maki, mencela dan merendahkan martabat sesama. Memang dalam hidup, untuk melakukan perbuatan buruk, keji dan zalim itu lebih mudah ketimbang melakukan perbuatan baik. Maka, untuk melakukan perbuatan kebaikan di butuhkan kesabaran, kecerdasan, kerendahan hati dan kerja keras agar mampu memberikan manfaat diri  bagi diri sendiri, masyarakat dan negara.

Sungguh beruntung, Orang-orang yang selalu belajar dari kegagalan, karena kegagalan adalah pertanda kehidupan. Kalau kamu tidak merasakan kegagalan, kamu tidak akan tahu arti hidup atau keberhasilan. Jangan sedih, gelisah, terpuruk dan malas ketika mengalami kegagalan. Akan tetapi, jadikan kegagalanmu masa kini sebagai langkah awal untuk menatap masa depan dengan bersemangat, fokus, gigih, dan bekerja keras, sehingga dapat mencapai puncak atau tujuan hidup yang ingin di capai. Kerja keras dan semangat saja tidak cukup dalam mengarungi hidup, tapi selalu libatkan Allah swt dengan berdo'a dan bermunajat kepada Allah swt. Karena berdo'a kepadanya kita akan diberi kemudahan dan kelancaran dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan hidup, Allah swt adalah zat yang maha pengasih dan maha kuasa atas segala sesuatu.

Saling Tolong Menolong
Jangan marah dan kecewa, ketika ada seorang teman, sahabat pun orang lain mendapatimu di saat butuhnya saja. Sambutlah saudaramu dengan wajah gembira dan senyum. Saudara yang mendapatimu itu, karena ada kebutuhan. Maka bantulah saudaramu sesuai kebutuhan yang engkau miliki untuk mencukupi kebutuhannya. Karena dengan saling-menolong, gotong-royong dan bantu-membantu, maka dapat memudahkan kesulitan hidup orang lain dan menyambung silaturahim antar sesama manusia. 

Untuk itu, umat manusia di dunia ini adalah bersaudara dan makhluk sosial. Karena kita hidup bersosial, pasti kita tidak akan bisa atau sulit hidup sendiri dalam mengarungi hidup, maka kita butuh orang lain agar bisa saling membantu, ketika satu individu mengalami kesulitan dan individu yang lain dapat membantu atau memberikan kemudahan. Tidak ada kedamaian dan kesejahteraan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, ketika tidak ada setiap individu yang saling tolong-menolong, gotong-royong, memberi wawasan keilmuan, memberi sebagian harta (zakat, infaq, sedekah) dan merawat toleransi dan persaudaraan sesama manusia.

Hidup terus di jalani karena waktu terus bergulir tanpa henti dari pagi berganti siang, siang berganti sore dan sore berganti malam. dan begitu seterusnya. Terus gunakan waktu untuk aktivitas yang bermanfaat bagi dirimu sendiri agar supaya mampu berbuat kebaikan kepada masyarakat dan negara. Waktu bergulir begitu cepat tanpa henti dan tak terbatas, sedangkan umur hidup manusia di batasi dengan kematian. Maka teruslah gali potensi diri, mencari kearifan ilmu pengetahuan dan kejernihan akhlak/moral luhur (hikmah) agar mampu memberikan cahaya cinta untuk kehidupan. Karena ketika kita melakukan perbuatan amal kebaikan pada orang lain berarti kita berbuat kebaikan pada diri sendiri, kemudian amal kebaikan yang pernah di tanam selama hidup di dunia ini akan dituai dan imbalan di akhirat kelak. Manusia yang melakukan kebaikan 1000 kalipun belum tentu di terima oleh Allah swt kalau tidak beramal di sertai hati yang ikhlas dan sabar. Sebuah kebaikan yang di tanam oleh manusia akan di terima oleh Allah swt kalau seorang hamba beramal dengan ikhlas dan semata mata mencari keridhoan Allah swt. Karena itu, kebaikan yang di tanamkan belum tentu di terima oleh Allah swt bagaimana dengan seorang manusia yang masih terlena dengan perbuatan zalim dan dosa. Sulit bagi seorang manusia yang telah berbuat zalim dan dosa, kalau akhir kehidupannya tidak bertaubat atau kembali beribadah dan mengingat keesaan Allah swt, Allah swt adalah zat yang maha pengasih dan penyayang dan zat yang maha pengampun dan penerima taubat.

Kematian
Setiap manusia akan merasakan kematian, kapan dan dimanapun kematian itu menjemput hidup manusia, umur manusia juga terbatas. Maka dengan kondisi tersebut, kita terus memanfaatkan waktu dengan meningkatkan wawasan keilmuan, kejernihan akhlak, saling tolong menolong, bantu membantu, berinteraksi dengan sesama, merawat toleransi, damai, harmoni dan persaudaraan  bagi keluarga dan masyarakat.

Waktu kita masih muda atau dalam keadaan jiwa raga yang kuat, sehat dan semangat. Kita mengangap bahwa kematian atau ajal itu masih jauh dalam realitas hidup setiap manusia. Ternyata, setelah kita berfikir dan merenung. Bahwa kematian, itu sangat dekat dengan manusia dan kematian selalu mengintai hidup setiap orang. Kalau kita tidak dapat menemukan yang paling penting dalam hidup ini, mustahil kita akan dapat menemukan makna hidup yang hakiki. Ketika kematian menjemput hidup manusia. Ada manusia yang rela dan ikhlas ketika kematian itu menghampirinya atau tidak cemas atau takut menghadapi peristiwa kematian.kenapa tidak takut, karena orang itu sudah menemukan makna atau rahasia hidup sehingga. Orang itu menghasilkan hidupnya dengan kegiatan yang lebih penting/utama dan menjalani hidup dengan hati yang damai dan ikhlas. Juga ada, orang yang takut ketika menghadapi kematian/ajal. Karena orang itu, telah menjalani hidup dengan sia-sia dan tak menemukan makna/hakikat kehidupan. Sehingga selama hidupnya penuh dengan gelisah dan putus asa mengenai hidup yang di jalaninya.

Dengan demikian, Jadilah manusia yang membawa rahmat, kabar gembira dan pencerahan kepada umat manusia. Jangan melukai dirimu sendiri dan makhluk hidup yang ada di dunia ini. Karena, hakikat keberadaan kita di dunia ini, adalah bahwa setiap aktivitas atau amalan kita di dunia ini akan di mintai pertanggung jawaban oleh Allah swt di akhirat kelak. Setiap manusia bertanggung jawab dengan amalannya masing-masing menghadap keadilan Allah swt. Ketika kamu merasa gelisah, dan putus asa. Maka segerlah kamu beribadah dan bermunajat kepada Allah swt, agar kamu mendapatkan ketenangan jiwa raga dalam menghadapi setiap cobaan kehidupan.

*)Penulis adalah Fitratul Akbar, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Kota Malang, Hari Sabtu, 09 Maret 2019. Kedai BarongSari, 16:35 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Meneladani Perjuangan bapak Pendiri Bangsa.

Islam Melindungi Kemanusiaan Abad 21

Mahatma Gandhi dan Manusia Ahimsa (Anti Kekerasan)