*Menjadi Manusia Cinta (2)

Cinta sebuah kata yang teramat indah dan sakral. Setiap manusia dalam hidupnya pasti memiliki rasa cinta. Cinta adalah komunikasi Tuhan yang sangat tinggi diberikan kepada manusia sejak lahir di bumi ini. Pada saat pertama kali sang bayi menagis, bayi itu sudah mendapatkan cinta yang tulus dari sang ilahi.
Cinta begitu agung dan sakral, hingga tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata sebagus apapun. Cinta itu bukan kata-kata atau sebatas retorika. Melainkan cinta adalah perbuatan nyata dimana antara satu individu atau kelompok yang satu saling memberi dan menebar cinta kasih antar sesama.

Syair Jalaludin Rumi diambil dari Matsnawi mengungkapkan bait puisi cinta:
Lewat cintalah yang pahit jadi manis
Lewat cintalah semua yang tembaga jadi emas
Lewat cintlah semua yang endapan akan jadi anggur murni
Lewat cintalah semua kesedihan akan jadi kebahagiaan
Lewat cintalah si mati akan jadi hidup.

Kita tidak bisa memungkiri bahwa dalam setiap denyut nadi dan helahan nafas kehidupan tidak bisa terlepas dari unsur cinta. Pada dasarnya cinta itu adalah seperti sebuah cahaya yang sangat agung, suci murni. Manusia akan bergerak dengan cahaya itu sesuai dengan kodratnya. Banyak orang bijak mengatakan bahwa, kita terlahir didunia ini karena cinta Tuhan kepada kita. Tanpa cinta Tuhan, kita tidak akan terlahir didunia ini. Khalil Gibran dalam buku, “sayap-sayap patah” mengatakan bahwa, "cinta adalah seperti burung dara yang ingin ditangkap tapi tidak ingin di sakiti".(Hal:12).
Tingkatan cinta yang paling tinggi ialah, cinta yang di manifestasikan dalam bentuk kasih sayang. Cinta kasih sejati menurut Mary Walthens, tidak ada hubungannya dengan kenikmatan atau keinginan. Cinta sejati adalah rasa cinta yang tulus dan tidak memerlukan balas jasa. Dari cinta inilah akan terpancar cahaya kasih sayang dari hati sanu bari. Kasih sayang adalah sesuatu yang teramat lembut, suci dan indah, tertanam dalam kalbu setiap manusia. Cinta kasih tidak lahir atau tidak ada yang memperolehnya kalau tidak ada yang memberinya dahulu. Seperti, harumnya bunga mawar yang ada ditaman bunga tidak mempunyai tujuan apapun, kecuali hanya menyebarkan harumnya pancaran bunga itu sendiri. Dengan senang hati sang kumbang dan kupu-kupu akan menempel dan menghirup sari pati bunga mawar itu dengan mesra.
Semua ajaran agama dan kepercayaan yang dimiliki oleh semua manusia dibumi ini, tentu mengajarkan nilai kasih sayang. Kasih sayang adalah unsur yang paling agung, suci dan lembut karena merupakan pancaran cinta untuk sesama manusia dan alam semesta. Pada malam hari, sebagian manusia melihat dan mendongakkan kepala ke arah langit untuk mengamati miliaran sinar bintang yang selalu menebar cahaya begitu mempesona. Di langit alam semesta ada cahaya bintang yang terang, ada yang remang-remang dan bahkan gelap. Begitupun, dengan kondisi umat manusia, setiap manusia memiliki pancaran cahaya kasih sayang sesuai dengan kemampuannya masing-masing.(Hal:13).
Begitupun, dengan manusia. Manifestasi dari pancaran cahaya kasih sayang  itu sangat beragam. Seperti, seorang tukang becak/sopir akan berusaha melayani setiap penumpanya dengan ramah, tulus, dan hati-hati hingga sampai tujuan perjalanan. Seorang mahasiswa dengan idealisme dan intelektualnya didukung dengan kejernihan hati nurani akan berusaha menyuarakan dan memperjuangkan nasib rakyat jelata dari kesengsaraan dan kezaliman para penguasa,dll.

Konklusi
Cinta dan kasih sayang itu adalah tiang selamat bagi umat manusia. Apabila kekuatan tarik menarik dapat menahan bumi dan bintang bintang dari pertumbukan antara satu sama lain, sehingga selamat dari berjatuhan, terbakar dan gugur, maka perasaan cinta dan kasih sayang, itulah menjadi tali hubungan antara sesama manusia, sehingga tidak terjadi pertumbukan sesamanya yang dapat membawa kepada kehancuran. Inilah cinta dan kasih sayang, yang telah diketahui gunanya oleh manusia di masa lalu dan di zaman sekarang, sehingga lahirlah ucapan, “Kalau seandainya cinta dan kasih sayang itu telah berpengaruh dalam kehidupan, niscaya manusia tiada lagi memerlukan keadilan dari undang-undang”.(Yusuf Qardhawi, Iman dan Kehidupan, Hal:126).
Cinta satu-satunya mutiara yang dapat memberikan keamanan, ketenteraman dan perdamaian. Kita mencintai segala sesuatu dan segenap insan, bahkan mencintai kesulitan dan rintangan, sebagaimana kita mencintai nikmat dan kesenangan. Rintangan dapat membangunkan semangat dan kekuatan untuk mengatasinya, sehingga jiwa bangkit dan bergerak dengan hebatnya. Nikmat dan kesenangan bagai angin yang dapat mendinginkan dan melembutkan panas gelanggang perjuangan. Kita mencintai alam seluruhnya, permulaan dan kesudahannya, kematian dan kehidupan yang ada di dalamnya. Yang sanggup menganut cinta yang begitu besar hanyalah sebagian saja dari umat manusia, yaitu mereka yang jiwanya bersinar cahaya iman.

Orang beriman, disebabkan pengaruh aqidahnya mempunyai pandangan yang tajam terhadap rahasia kejadian alam. Karena itu, dia mencintai Allah yang memberikan kehidupan, sumber yang menciptakan dan mengatur, segala sesuatu. Dia mencintai Allah, selaku seorang manusia yang mencintai keindahan, karena telah dilihatnya ciptaan Tuhan itu penuh keindahan dan serba teratur. Kita mencintai Tuhan, selaku manusia yang mencintai kebaikan dan jasa. Hati nurani manusia mencintai siapa yang berbuat kebaikan dan berjasa kepadanya. Manakah kebaikan dan jasa yang lebih besar dari menciptakan manusia, dari tiada menjadi ada dan menciptakan manusia dalam bentuk yang amat sempurna. Diberi kuasa dan kesanggupan untuk memakmurkan bumi, serta dijadikan Tuhan alam ini seluruhnya untuk kebaikan manusia.
Orang beriman mencintai Tuhan dengan sepenuh hatinya, di atas dari cinta manusia kepada ibu dan bapaknya, kepada anaknya, bahkan kepada dirinya sendiri. Dicintainya pula apa yang datang dari pihak Tuhan, dan segala apa yang dicintai Tuhan. Dicintainya kitab yang diturunkan Tuhan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang. Dicintainya Nabi yang diutus manusia golongan orang baik-baik, mereka yang mencintai Tuhan dan mereka cinta kepada Tuhan.(Hal:128).

Orang beriman dalam naungan islam, sebagaimana dia mencintai Allah, dicintainya pula akan alam dan kehidupan seluruhnya, karena semua itu adalah bekas kekuasaanya dan rahmat Allah. “Tuhan dayang menciptakan dan menyempurnakan, dan yang menentukkan ukurannya dan memberikan pimpinan”(Qs-A’la:2-3). “Sesungguhnya segala sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran”.(Al-Qamar:49).  “Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan”.(Ar-Rahman:5).
Alam dan dunia ini bukanlah musuh manusia, melainkan diciptakan Tuhan untuk bekerja dan berkhidmat kepada manusia, menolongnya dalam menjalankan tugas kewajiban, sebagai khalifah (penguasa) di bumi. Semua yang ada dalam alam ini merupakan lidah yang fasih, memuji Allah dan memuliakannya, dalam bahasa yang tidak dapat dipahamkan oleh akal manusia yang terbatas kekuatannya. Seperti Firman Tuhan, QS.Al Isra:44. “Langit yang tujuh, bumi dan apa yang ada di dalamnya memuji (menyatakan kebenaran) Tuhan. Dan tiada sesuatupun, melainkan semuanya tasbih memuji Tuhan dengan kemuliannya, tetapi kamu tidak mengerti pujian mereka”.
Segala sesuatu yang ada dalam alam ini disiapkan menjalankan kehendak Allah untuk berkhidmat kepada manusia. Apa yang di bumi dan di langit, berupa hewan dan tanam-tanaman dan sebagainya mempunyai hubungan satu sama lain dengan teratur. Demikian pula peredaran matahari dan bulan, pertukaran malam dan siang. (Yusuf Qardhawi, Iman dan Kehidupan, Hal:129-130).

*)Penulis adalah Fitratul Akbar, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang. Kota Malang, tanggal 04 April 2019, 15:30 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Meneladani Perjuangan bapak Pendiri Bangsa.

Islam Melindungi Kemanusiaan Abad 21

Mahatma Gandhi dan Manusia Ahimsa (Anti Kekerasan)