*Gerakan Kembali Kepada Islam Sejati

*Gerakan Kembali Kepada Islam Sejati

Bagaimana kondisi kebudayaan islam saat ini? Saya sedih, saya gelisah, saya terus berpikir dan merenung. Saya merasakan itu bukan mengenai jiwa raga. Melainkan saya berpikir dan gelisah melihat kondisi masyarakat yang kehilangan kepercayaan diri, rendah diri bahkan lupa diri atau amnesia dengan jati diri sejarah masyarakat dan negaranya sendiri.
Masyarakat yang lupa akan jati diri, identitas dan kepribadian-nya sebagai warga negara indonesia khususnya umat islam yang seharusnya menjadi ummat yang terbaik, umat yang menjadi saksi, umat yang menebar nilai-nilai luhur seperti kasih sayang, tolong-menolong, gotong-royong, menjalin persatuan dan persaudaraan antar sesama. Hanya dengan langkah itulah kita dapat membangun kembali kejayaan kebudayaan dan peradaban islam di masa kini dan masa datang.

Apa yang harus dilakukan kebudayan? Oleh karena itulah, masyarakat indonesia khususnya umat islam perlu kembali kepada diri sendiri. yaitu kembali melihat jati diri, identitas dan kelebihan atau potensi diri sendiri dalam rangka untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan dan kejayaan kebudayaan islam di masyarakat dan negara masa kini dan masa datang. Kepada islamlah kita harus kembali, bukan hanya karena islam merupakan agama masyarakat kita, pembentuk sejarah kita, semangat budaya kita. Kesadaran besar kita dan pengikat kuat bagi rakyat kita juga sebagai landasan bagi moralitas dan spiritualitas kita.
Lalu kemudian, salah satu cara untuk membangun kembali sejarah perjuangan atau kejayaan kebudayaan islam adalah dengan sadar atau menghidupkan kemerdekaan dan kepribadian spiritual islam sehingga kita bisa berusaha untuk berdiri sendiri dan menghidupkan kembali budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan dan akhlak mulia dalam keluarga dan masyarakat bahkan negara itu sendiri. 
Kita harus kembali kepada islam, kita mencari pedoman atau petunjuk perilaku kepada nilai islam, karena islam adalah agama yang melampaui sejarah dan kebangsaan. Agama yang memiliki nilai kekayaan budaya dan spiritualitas untuk masyarakatnya. Juga, islam adalah agama untuk seluruh umat atau kemanusiaan, agama yang menentang kolonisasi atau eksploitasi di segala bidang. Sebaliknya islam adalah agama yang menjaga dan melindungi setiap harkat dan martabat umat manusia.

Bagaimana langkah menghidupkan kebudayaan islam?Jadi, misi atau langkah untuk kembali kepada diri sendiri atau kembali kepada agama islam adalah bagaimana kita kembali belajar, melihat dan menghayati setiap ajaran luhur islam. Bukan hanya demi kebangkitan kembali masyarakat kita yang telah bobrok, mobilisasi rakyat kita yang mandek, dan kemandirian bangsa kita, dan bukan hanya untuk menyatukan kembali tradisi-tradisi masa lampau, Melainkan sebagai sarana kita untuk menemukan diri, ajaran budaya dan sejarah, atau jati diri dan identitas kebudayaan agama islam kita. Juga, Melainkan sebagai sarana untuk membendung atau mampu menghadapi setiap nilai-nilai budaya dari negara-negara lain yang menyusup dan melumpuhkan nilai-nilai jati diri dan identitas otentik kita dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

Dengan demikian, kita harus kembali kepada diri sendiri, kembali ke ajaran luhur islam, kembali melihat jati diri atau identitas kebudayaan islam yang sejati. Kembali kepada diri sendiri atau kembali kepada islam, Maksudnya bahwa, bukan berarti kita harus menolak masa kini, membelakangi masa depan, atau secara fanatik buta menolak segala hal yang baru dan nostalgia ke masa lampau. Atau kembali melihat mitos-mitos budaya, peperangan atau kejadian suram masa lalu. Bukan demikian yang dimaksud, Melainkan yang dimaksud dengan kembali kepada diri sendiri atau kembali kepada ajaran islam adalah kita kembali kepada diri manusiawi kita sendiri untuk menemukan jati diri, identitas atau kepribadian diri kita yang sejati. Kembali melihat dan menghayati atau belajar nilai-nilai budaya, sejarah, atau di segala bidang tersebut, sehingga kemudian setiap warga masyarakat khususnya umat islam menemukan atau mendapatkan semangat perjuangan dan mengambil peran dan tanggung jawab masing-masing untuk membangun kebudayaan dan peradaban islam.

Cahaya Kebudayaan Islam
Kini, disini, di abad 21 ini dan selanjutnya, di negara indonesia ini.  Saya melihat cahaya kebudayaan islam perlahan mulai memudar dan remang-remang. Karena itu, saya tak mau, saya resah dan gelisah, membiarkan kebudayaan islam dan masyarakat muslim hidup dalam lorong kegelapan, lorong kesesatan dan kebingungan. Masyarakat yang latah mengikuti semua budaya barat/luar tanpa mau menyaringnya, budaya yang menyingkirkan nilai ideal transendental-spiritualitas. Masyarakat yang rendah diri dan lupa diri, lupa akan hakikat nilai dan misi islam sejati. Wahai masyarakat muslim, bangkit, bangkitlah dari kebodohanmu sendiri, bangkit dari kezaliman, konflik dan kekerasan antar sesama manusia.
Kini, disini, di abad 21 dan abad selanjutnya, di negara indonesia tercinta ini.  Saya ingin, saya berharap, saya menasehati diri sendiri dan masyarakat muslim lainnya, agar suaya kembali kepada diri kita sendiri, kembali kepada ajaran atau nilai-nilai islam sejati. Kembali menemukan jati diri, identitas dan kepribadian muslim yang otentik, kembali menghidupkan kebudayaan dan peradaban islam, kembali mengamalkan nilai ideal transendental dan humanis, sehingga kita dapat melihat kembali cahaya-cahaya islam di lingkungan keluarga, masyarakat bahkan pemerintah negara. Yaitu kebudayaan dan peradaban islam yang sesuai arti harfiah islam yaitu tunduk, patuh dan berserah diri kepada Allah swt, walaupun secara fisik, patuh dan berserah diri berarti dalam kondisi lemah, akan tetapi secara esensi atau inti manfaat dari ajaran islam itu adalah mengajarkan kepada setiap hambanya untuk menjalani setiap perintahnya dan menjauhi segala larangannya. 
Karena setiap yang diperintah agama islam pasti akan memberikan manfaat atau menyelamatkan jiwa raga setiap hambanya, pun sebaliknya, setiap yang dilarang oleh agama pasti akan mendapatkan atau merusak jiwa raga. Selain itu, agama islam adalah yang sempurna, agama yang menjaga atau menghormati harga dan martabat setiap hamba-hambanya. Agama yang mengajarkan nilai-nilai keseimbangan (pertengahan) dalam makan, minum, berpakaian, beribadah dan bermuamalah bagi diri sendiri maupun dengan masyarakat. Agama yang menganjurkan untuk menebar kasih sayang (saling senyum, saling kenal mengenal dan tolong menolong), juga agama yang menebarkan kedamaian, kebahagiaan, kesejahteraan dan kemenangan.
Oleh karena itulah maka, disini, dikota dan negara indonesia tercinta ini, di abad 21 dan abad selanjutnya. Saya ingin, saya berharap kepada diri sendiri dan masyarakat muslim lainnya, untuk kembali kepada diri kita sendiri, kembali kepada ajaran islam sejati, kembali saling tolong-menolong, gotong-royong, menjalin toleransi, persatuan dan persaudaraan sesama manusia. Karena dengan menempuh misi atau langkah itulah, kita atau masyarakat muslim akan kembali melihat cahaya-cahaya kejayaan kebudayaan dan peradaban islam dimasa kini dan masa datang, untuk generasi masa kini dan generasi masa datang.

*)Penulis adalah Fitratul Akbar, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Kota Malang, 18 Juni 2019. 20:40 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Meneladani Perjuangan bapak Pendiri Bangsa.

Islam Melindungi Kemanusiaan Abad 21

Mahatma Gandhi dan Manusia Ahimsa (Anti Kekerasan)