*Merubah Nasib/Keadaan Negara Indonesia

*Merubah Nasib/Keadaan Negara Indonesia
(Refleksi Kondisi Indonesia terkini).
umumnya umat islam, pernah membaca, mendengar dan melihat salah satu ayat dalam surah ar-rad ayat 11, yang berbunyi bahwa, "sesungguhnya Allah swt tidak akan mengubah nasib suatu kaum/bangsa, kalau mereka tidak ingin mengubah nasib/keadaan diri mereka sendiri".
dari ayat diatas, salah satu tokoh bangsa, sering menguitp ayat di atas disetiap kali pidato2nya, dan bung karno sendiri mendapat indpirasi dari ayat di atas.
seperti kata Bung Karno, "keadaan yang menumbuhkan kesadaran, bukan kesadaran yang mengubah keadaan".
artinya bahwa, jika dulu pada zaman kemerdekaan, masyarakat indonesia karena hidup dibawah kekuasaan kolonialisme yang menjajah dan menjarah seluruh kekayaan alam indonesia, dan mengekspoitasi masyarakat indonesia seperti diadu domba, diperkosa, dan dikerja paksa sesuai keinginan para penjajah.
karena dengan kondisi lemah tak berdaya, di perkosa, dibodohi dan dipenjara atau dalam keadaan tertindas itulah maka, masyarakat indonesia sadar diri, bangkit, bersemangat dan menyatukan jiwa raga dan pandangan sebagai pemicu untuk melawan dan mengusir para penjajah dari wilayah negara indonesia tercinta. artinya bahwa, karena dalam keadaan lemah tak berdaya dan diekploitasi itu masyarakat mencari "common enemy" agar supaya dapat bangkit dari penjajah kolonialisme dan imperialisme sehingga mampu mempertahnkan keutuhan dan kedaulatan wilayah dan kemerdekaan jiwa dan raga indonesia.
oleh karena itu, jika kita tarik dari kasus historis dan di era sekarang, kita dapat mengaca perkataan bung karno diatas benar bahwa,
kondisi negara indonesia sekarang sedang berada dalam krisis, krisis multidimensional, mulai krisis pembakaran hutan, sehingga menelan banyak korban jiwa, hewan hewan mati sia sia, masyarakat tak bisa menjalani aktivitas, karena dihalangi kabut asap yang tak kunjung padam. bahkan kabut asap ini menjalar ke negera negara tetangga.
kemudian, krisis sosial budaya, dimana maraknya kasus rasisime dan diskriminasi budaya dan agama yang menimbulkan konflik kekerasan, saling mencaci maki dan menebar fitnah antar sesama anak bangsa. belum lagi krisi benca alam gempa bumi, gunung meletus yang belum mendapat perhatian dari pemerintah .
lebih lebih krisis yang paling krusial dinegara indonesia ini adalah marak dan masifnnya kasus kourpsi di lingkungan kementrian pemerintah presiden jokowi itu sendiri, juga ada kong kali kong dan pat gulipat atau main mata antara presiden jokowi dan dpr ri ingin melahkan lembaga kpk.
oleh karena itu, karena dengan kondisi negara indonesia yang mengalami krisis multidimensional ini, pihak pemerintah ri khususnya presiden jokowi tidak mengambil langkah responsif, tanggap dan cepat untuk menanagi setiap krisis yang menimpa negara tercinta, dan terkesan, presiden jokowi mencari aman, menjaga nama baik, bahkan acuh tak acuh melihat kondisi negara yang sedang berada dalam cariut marut karena kasus fenomena alam dan kasus konflik sosial budaya sesama anak bangsa.
Kasus kebakaran hutan dan asap yang mematikan yang kesannya dianggap sepele serta bertahun tahun, kasus kasus terkait kemiskinan buruh dan sulitnya lapangan kerja, kasus rasisme di Papua, ekonomi yang memburuk disertai hutang luar negeri yang terus membengkak, penguasaan kekayaan disegilntir elit dan terkahir kasus revisi UU KPK yang ganjil prosesnya, telah menyentuh sanubari jiwa-jiwa muda ini.
Gerakan mahasiswa saat ini sudah kembali. Jogya, Surabaya, Malang, Bandung, Bogor, Makassar, Papua, Medan, Aceh, Riau, dan lain sebagainya sampai Jakarta, telah ditandai gerakan mahasiwa. Berbagai kepentingan kelompok non mahasiswa berusaha mungkin mencari keuntungan dari gerakan ini. Alias upaya penunggangan. Namun, mahasiswa bukanlah orang orang naif dan bodoh. Karena kekuatan mahasiswa adalah pada idealisme, independensi dan kemampuan mereka mengartikulasikan kepentingannya.
Ketika sudah seluruh kota gerakan mahasiswa bergerak, maka mereka akan bergerak lama. Ini akan melewati batas-batas siklus politik, seperti urusan pelantikan Jokowi nanti. Karena gerakan ini akan bersifat revolusioner, yang menggugat soal nilai (value) atas sistem sosial kita yang rapuh. Saat ini DPR dikecam mahasiwa sebagai penjahat. Sebentar lagi akan menyasar juga pada eksekutif. Sehingga kemungkinan reformasi jilid dua akan terulang kembali.
Kita, di luar kekuatan-kekuatan mahasiswa, perlu memikirkan bagaimana kekuatan revolusioner ini menemukan jalannya dengan damai. Membangun dialog tanpa berniat menunggangi. Yakni dengan melihat mereka sebagai
"moral force" dari bangsa kita yang sudah kehilangan moral.
Keinsafan Bersama
Mungkin, kita perlu mencermati nasehat dari tokoh bangsa, sang proklamator RI dan Wakil Presiden pertama yaitu Bung Hatta mengenai kesadaran atau keinsafan nasional dalam hidup bermasyarakat dan bernegara yang masih relevan dengan kondisi negara hari ini.
Tiga macam keinsafan sekurang kurangnya harus ada pada kita, supaya kedudukan negara kita di mata dunia kelihatan kokoh.
Pertama, keinsafan nasional, yaitu keyakinan bahwa kita adalah satu bangsa, bangsa yang merdeka, dan mempunyai kewajiban untuk mempertahankan kemerdekaan tanah air kita dengan segala jiwa dan raga. Tentang keinsafan nasional rakyat kita, kita boleh merasa bangga, semangat kebangsaan tetap meluap-luap.
Keinsafan yang kedua ialah keinsafan bernegara, yaitu pengertian bahwa kita ini mempunyai negara, yang ada hukumnya, ada peraturannya, dan mempunyai susunannya yang tertentu. Dalam hal ini kita boleh bertanya: cukup dalamkah keinsafan bernegara itu dalam jiwa rakyat seluruhnya dan juga dalam kalbu berbagai pemimpin? Berbagai-bagai tindakan yang merugikan negara di mata asing, memberi keyakinan kepada kita, bahwa keinsafan itu belum merata dan belum cukup mendalam.(Bung Hatta, Hal: 72-73).
Keinsafan yang ketiga ialah keinsafan berpemerintah. Kita harus mempunyai pengertian, bahwa pemerintah negara kita itu adalah pemerintah kita sendiri, yang patut kita hormati. Negara yang tak punya pemerintah bukanlah negara lagi di mata dunia internasional. Dalam negeri yang berdemokrasi, pimpinan pemerintah itu boleh di kritik. Tetapi cara mengkritik itu harus terbatas dalam garis kesopanan. Juga dalam melakukan kritik itu kita harus insaf akan tanggung jawab kita sendiri.(Bung Hatta, Hal:73).
#Kehidupan Indonesia
#Kebudayaan Indonesia


*Jalan Dialog Perdamaian Indonesia.
(Respon Kondisi Indonesia terkini)
Jika kita membaca sejarah perjuangan bangsa, serta gugusan ideologis yang mendasari terwujudnya NKRI, maka tidaklah dapat diabaikan adanya konsep negara yang hendak menyatukan berbagai keanekaragaman dalam semangat persatuan indonesia. kemudian dikukuhkan dalam slogan Bhineka Tunggal Ika, baik dari keanekaragaman wilayah yang terbentang luas dalam berbagai gugusan pulau, sampai keanekaragaman budaya, agama, dan tradisi serta realitas kehidupan yang berbeda satu sama lain. Semua keanekaragaman diakui sebagai eksistensi negara dan bagian dari kehormatan suatu bangsa.(Prof.Musa Asy-Aryie, Hal:195).
Membangun Dialog
Kata dialog mengandung 2 pengertian:1). dialog sebagai media atau sarana untuk memecahkan suatu masalah melalui cara musyawarah untuk mendapatkan penyelesaian.2). teori konflik, dialog adalah cara pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah yang terjadi untuk mencapai suatu rasa keadilan, kebenaran dan keharmonisan. David Bohn (1917-1992), pakar Fisika, mengatakan bahwa, kata dialog berasal dari bahasa yunani “dialogos”. Logos artinya kata atau makna kata. Dan “dia” artinya melalui. Ketika dialog berlangsung, maka mengalir dengan lancar dan leluasa dari satu peserta dialog ke peserta yang lain. Mereka berkomunikasi dalam suasana yang bersahabat, menciptakan makna milik bersama.(Rizal Pangabean, Hal:218)
Suku-suku bangsa kita mengenal berbagai cara untuk menyelesaikan masalah secara damai antara lain mereka berkumpul “dirumah adat” dan berbicara, mereka tidak duduk dimeja panjang atau meja bundar untuk diskusi dan debat dengan sasaran siapa kalah, siapa menang. Mereka duduk ditikar dan berbicara, atau mencetuskan perasaan dan pikirannya tanpa aturan. Sasaran yang dicapai bukan siapa kalah siapa menang, tetapi menerima apa yang perlu dan berguna untuk kita semua.
Negara indonesia adalah negara pancasila, yang menurut sila pertama adalah ketuhanan yang maha esa. Karena itu, setiap kali menyelesaikan konflik, bangsa ini perlu mengedepankan penghormatan dan cinta terhadap sesama ciptaan sang khalik. Sebagai bangsa yang menyebut dirinya bangsa yang beragama, kita punya kewajiban untuk mengutamakan nilai nilai cinta kasih, keadilan, dan kebenaran yang adalah inti ajaran semua agama mengenai kehendak Tuhan yang maha esa itu.
Sejarah menunjukkan kepada kita bahwa perdamaian tidak turun dari langit begitu saja. Perdamaian harus diciptakan. Terciptanya perdamaian selalu memerlukan proses panjang dan bahkan serta menyita energi yang luar biasa, dan terkadang waktu tempuhnya lebih lama dari konflik dan kekerasan yang telah berlangsung. Dalam mendorong perdamaian dibutuhkan juga kesabaran dan daya tahan yang tinggi, ibarat pelari marathon yang harus mempertahankan stamina dalam jarak dan waktu yang cukup panjang, demikianlah para pihak harus bersikap terhadap proses perdamaian.
Keadilan tidak bisa ada tanpa perdamaian, sebaliknya perdamaian tidak mungkin hadir tanpa ada keadilan. Maka yang satu tidak bisa ada tanpa ada yang lain, tetapi satu dengan yang lain justru saling berkaitan/timbalik balik. Perdamaian merupakan suatu nilai dasariah umat manusia, karena damai memungkinkan suatu kualitas hidup yang sungguh-sungguh bagus. Damai berarti suatu keadaan aman dan tenteram, bahagia dan menyenagkan, suatu keadaan tanpa musuh, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Bebas dari ancaman dan paksaan dari pihak manapun, segala kebutuhan terpenuhi. Dalam damai manusia bebas mengekspresikan diri untuk kemuliaan dirinya sendiri maupun kehidupan manusia pada umumnya. Prinsip adalah bahwa, “jika kamu mau berdamai dengan orang lain, maka kamu harus berdamai dengan dirimu sendiri dulu”.
#kehidupan indonesia
#kebudayaan indonesia





Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Meneladani Perjuangan bapak Pendiri Bangsa.

Islam Melindungi Kemanusiaan Abad 21

Mahatma Gandhi dan Manusia Ahimsa (Anti Kekerasan)