*Narasi Sukarno dan Cinta Tanah Air (Nasionalisme).

*Narasi Sukarno dan Cinta Tanah Air (Nasionalisme).
Saudara saudara seperti yang saya katakan tadi, saudari zakiah itu adalah janda kiai haji mas mansur, ketua umum kita dulu. Dan tiap kali saya berjumpa dengan saudari zakiah, sesudah kiai mansur pulang ke rahmatullah, saya mata terharu. Terharu oleh karena saya dulu amat rapat sekali pergaulan dengan almarhum, yaitu dengan kiai haji mas mansur. Zakiah sering menyaksikan saya ngobrol, bicara dengan kiai mas mansur. Zakiah-lah selalu nyuguhi, ya kadang kadang pisang goreng, kadang kadang teh atau kopi. Saya terharu oleh karena sering, saudara saudara, antara saya dan kiai haji mas mansur itu ternyata bersesuian paham. Oleh karena kami berdua, baik mas mansur maupun saya, kami berdua bersama sama melandaskan paham paham kita itu di atas ajaran ajaran agama islam. Beliau murid almarhum kiai dahlan, saya murid almarhum ahmad dahlan. Sehingga boleh dikataan tiap tiap kali kami berdua membicarakan sesuutu hal, kami selalu mencapai sesuatu paham. Sebagai kukatan tadi, oleh karena kmai berdua melnadaskan paham paham kami itu di atas landasan yang sama yaitu agam islam. Hal 169.
saudara saudara, saya ingat mialnya, kira kira 25 tahun yang lalu, kiai mansur menulis satu artikel, satu amant kepada pemuda muhammadiyah. Pada waktu itu saya tidak di bandung, tidak. Pada waktu itu saya sedang di bengkulu, di alam pembuangan. Diinternir oleh pemerintah belanda di sana. Saya membaca tulisan kiai haji mas mansur, satu amant kiai mansur kepada pemuda muhammadiyah. Dan pokok amant itu ialah, agar supaya pemuda pemuda muhammadiyah mencintai tanah air indonesia ini. Perhatikan benar! Pokok amant itu ialah, agar supaya pemuda pemuda muhammadiyah mencintai tanah air indonesia.
pada waktu itu sebagian saudara saudara, daripada ulama ulama islam, bukan muhammadiyah lho, sebagian ulama ulama islam ada yang marah kepada kiai haji mas amnsur. Dikatakan bahwa kiai haji mas mansur mendidik pemuda pemudanya untuk memberhalakan tanah air. Ini katanya menyimpang sdaripada tauhid. Memuja memuja tanah air, menyembah, dikatakan begitu, tanah air. Kiai mansur ini telah menyebal, nyimpang dari tauhid.
pada waktu itu saudara saudara, aya di bengkulu, kataku, saya lekas mengambil beberapa carik kertas, mengambil pena, saya menulis artikel, membala kiai mansur, dan saya berkata, memang tepat ajaran kiai mansur, bahwa manusia harus cinta kepada tanah airnya.(BUNG KARNO DAN ISLAM. Pada bab AGAMA MENGATUR HUBUNGAN MANUSIA DENGAN TUHAN. hal 170), disampaikan pada amanat kongres muhammadiyah di bandung, 24 juli 1945.
lebih lanjut, Bung Karno mengatakan bahwa, saya kembali lagi. Di Bengkulu itu saya menulis artikel untuk membela Kiai Haji Mas Mansur, bahwa manusia itu cinta kepada tanah air, apalagi pemuda pemudanya. Nah, pada waktu saya memancangkan tiang pertama, hendak memancangkan tiang pertama bagi gedung veteran, saya menceritakan bahwa saya dulu mempunyai bapak pengasuh tua. Namanya pak suro. Pak suro ini yang selalu bergaul dengan saya. Kalau ayah saya sendiri pergi ke sekolah mengajar dua kali satu hari. Ba[pak itu guru saudara saudara, maka pak suro inilah yang selalu mengasuh kepada saya, bercakap cakap dengan aya.(Hal 171).
Artinya bahwa, dari percakapan atau dialog pak suro dan bung karno terdapat amanat atau hikmat yang mendalam ,bahwa. Pak suro memberikan nasehat berupa perumpamaan kepada soekarno,pak suro, berkata disini. Sebab karena engkau dilahirkan dan tumbuh dan berkembang didunia ini. Dibumi inilah, bumi ini yang penuh dengan makanan, bumi ini yang airnya sejuk, segar, bumi ini yang udaranya bisa kita hirup, bumi yang indah permai, bumi ini yang memberi segala apa untuk hidupmu, maka engkau dari orok yang kecil yang tadinya hanya hidup, bisa hidup karena menetek engkau punya ibu, engkau bisa tumbuh, tumbuh, tumbuh menjadi sebagai engkau sekarang ini.
karena itu lantas pak suro berkata kepadaku, lho anak soekarno, karena itu engkau harus mencintai dan berterima kasih kepada tiga hal:
pertama: cintailah kepada tuhan, oleh karena tuhan inilah asal daripada segala asal.
Kedua: cintailah kepada ibu bapakmu, supaya engkau bisa dilahirkan dan tumbuh besar olehnya didunia.
Dan ketiga: cintailah tanar air. Karena tanah aair ini, yang memebri minum kepadamu jikalau engkau dahaga, yang memberi makan kepadamu dengan nasih yang lezat rasanya, yang memberi udara segar kepadamu, sehingga engkau punya nafas bisa berjalan dengan baiknya. Cintailah kepada tanah air ini. (BUNG KARNO DAN ISLAM. Pada bab AGAMA MENGATUR HUBUNGAN MANUSIA DENGAN TUHAN.Hal 171-172)
. disampaikan pada amanat kongres muhammadiyah di bandung, 24 juli 1945).
Maka oleh karena itu, he saudara saudara, tatkala aku membaca amanat kiai haji mas mansur, memerintahkan kepada semua pemuda muhammadiyah agar supaya cinta kepada tanah aiur, dan aku melihat bahwa ada orang yang membantah kepada kiai haji mas mansur ini, aku segera mengambil pena membela kiai haji mas mansur, oleh karena ini adalah satu kebenaran yang nyata. Sehingga di dalam pidato saya saudara saudara, di hadapan umat katolik beberapa hari yang lalu saya tandaskan, manusia yang tidak cinta kepada tuhan, adalah bukan manusia. Manusia yang tidak cinta kepada bapak-ibunya, bukan manusia. Manusia yang tidak ciinta kepada tanah airnya, bukan manusia pula.
nah, pemuda pemuda, dan bukan saja pemuda, pemudi pemudi, saudara saudara sekalian, seluruh umat indonesia, harus cinta kepada tuhan, kepada ibu bapakmu, kepada tanah air kita. Malah pernah kukatan kepada umat indoesia, bahwa sebenarnya tanah air ini adalah amanat tuhan kepada kita. Dimanatkan oleh tuhan kepada kita agar supaya kita mencintainya, memeliharanya, memupuknya, memebuat tanah air ini benar benar satu tempat di mana manusia indonesia bisa hidup dengan sejahtera, tata tenrem kerta raharja. Inilah saudara saudara, yang selalu saya katakan kepada rakyat indonesia. justru oleh karena ajaran ini, saudara saudara, cintailah kepada tuhan, cintailah kepada ibu-bapakmu, cintailah kepada tanah air dan bangsa.
Kita pada hari ini bisa mengadakan muktmara muhammadiyah bukan saja mengadakan muktamar di halaman ini saudara saudara. Saya terangkan, apa sebab saya berkata di ‘halaman ini’. Ini gedung, di belakang saya ini, dulu adalah gedung kediaman rsiden belanda. Pada waktu itu saya masih berdiam di bandung saudara saudara, kira kira tahun 20 an pada waktu itu, ini adalah seorang belanda yang bernama keuneman. Residen keuneman. Barangkali kawan kawan yang agak tua masih ingat zamannya residen keuneman berdiam di sini.
nah, pada suatu waktu residen keuneman ini sebagai pejabat belanda, mengumpulkan orang orang belanda di sini, di gedung ini. Dan ia berpidato. Pada waktu itu saudara saudara, tahun 28-an, saudara saudara masih ingat, sedang mulai berkobar kobarnya gerakan nasional, yang antara lain saya pimpin. Dan yang ajaran dari pada gerakan nasional itu ialah, cintailah kepada tanah airu, belalah tanar airmu, merdekalahnlah tanah airmu dari segala belenggu, yang imperialisme belanda telah ikatkan kepada tanah air itu.
keuneman berpidato di sini, di tinag bendera yang dimuka ini, tidang bendera yang sekarang engkau sendiri, situ itu, berkibarlah bendera belanda merah putih-biru, bendera si tiga warna. Hal 173-174.
lebih lanjut,
saya pada waktu itu saudara saudara, berdiri di sana. Yang di sana yang sekarang ini banyak rakyat berdiri. Saya berdiri di sana dan saya berkata, insya Allah, keuneman, insya Allah. Jikalau seluruh bangsa indonesia nanti telah memebala tanah airnya, jikalau seluruh bangsa indonesia nanti telah bersatu padu mengadakan massa aksi yang sehebat hebatnya, meenentang imperialism, bendera mereka akan turun dari angkasa ini. Dan sebagai saudara saudara ketahui, pada bulan asgutsus 1945, syukur alhamdulillah, benar benar turunlah bendera itu saudara saudara, di ganti dengan bendera merah putih, bendera kita, bendera sang dwiwarna, sampai sekarang. Dan saya berkata, insya Allah allah swt, asal kita tetap cinta tanah air, asal kita tetap berjalan di atas jalan yang di ridahi tuhan sampai akhir aman, bendera merah putih ini tetap berkibar di angkasa, saudara saudara. Kalau kita meninggalkan rel yang diberikan oleh tuhan kepada kita, kalau kita tidak lagi diridhai oleh tuhan saudara saudara, bendera merah putih pun akan turun dari angkasa. Tidakkah aku selalu berkata, jikalau kita tidak diridhai oleh tuhan, kita pasti menang. Tetapi jikalau kita tidak diridhai oleh tuhan, pasti akan hancur, kita pasti akan kalah. Pegang ini saudara saudara.(BUNG KARNO DAN ISLAM.Hal, 174).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Meneladani Perjuangan bapak Pendiri Bangsa.

Islam Melindungi Kemanusiaan Abad 21

Mahatma Gandhi dan Manusia Ahimsa (Anti Kekerasan)