*Spirit Bung Hatta, Kemerdekaan, dan Masyarakat

*Spirit Bung Hatta, Kemerdekaan, dan Masyarakat
Saudara-saudara, istimewa rakyat dan pemuda yang ikut bertempur di luar tentara dan laskar untuk membela tanah air! Bagi saudara-saudara sukar mengikuti kehendak pemerintah, sebab hati saudara panas dan kepala pun panas, dan saudara-saudara ingin berjuang sampai titik darah penghabisan. Saudara-saudara sangat marah pada waktu akhir ini melihat caranya belanda mau mencekik kita dan menjajah kembali. Keinginan saudara-saudara tak lain melainkan bertempur terus dan baru berhenti apabila musuh sudah dimusnahkan sama sekali.
Saudara-saudara, semuanya itu kami mengerti. Saya melihat semangat rakyat yang berkobar-kobar di sepanjang jalan yang kami lalui sejak dari teluk betung sampai lewat danau toba, saya mempersaksikan kebulatan tekad pemuda kita untuk bertempur mempertahankan kemerdekaan tanah air. Semuanya itu adalah jaminan, bahwa kemerdekaan tanah air akan selalu terbelah. Rakyat indonesia bukanlah lagi rakyat yang bersemangat budak, tetapi rakyat yang merasa tuan dalam rumahnya, yang mempunyai tekad “lebih baik berkalang tanah, daripada hidup bercermin bangkai”.
Tetapi saudara-saudara, saya peringatkan sekali lagi sikap yang meski kita pakai, yaitu: hati kita harus panas, tetapi kepala tetap dingin. Hati panas berarti bahwa semangat perjuangan kita tak kunjung padam, bahwa kita setiap waktu siap dan sedia untuk membela kemerdekaan tanah air dengan jiwa dan raga kita, siap dan sedia untuk bertempur betapa juga lamanya. Tetapi dalam segala tindakan kita, yang didorong oleh hati yang panas tadi, kita harus mempunyai timbangan yang sehat, yang keluar dari kepala yang dingin.(Karya Lengkap Bung Hatta, Kemerdekaan dan Demokrasi, Hal:64).

Proklamasi indonesia merdeka, pada tanggal 17 agustus 1945, tidak sendirinya melahirkan kemerdekaan kita yang diakui oleh segala bangsa. Proklamasi itu, pada waktu itu, baru berlaku bagi kita sendiri, sebagai kebulatan tekad kita untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka di tengah-tengah bangsa lain, dalam pergaulan internasional. Memang tak mudah menjadi bangsa yang merdeka.
Pertama, kemerdekaan harus diperjuangkan. Dan pula sudah menjadi hukum sejarah, bahwa kelahiran tiap-tiap bangsa diiringi dengan cucuran darah dan air mata. Juga pada lahirnya republik indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, tidak sedikit darah yang tertumpah ke bumi, darah pemuda kita, dan sampai sekarang terus mengalir darah pemuda dan darah rakyat indonesia, untuk mempertahankan kemerdekaan indonesia, yang telah kita dirikan. Mudah-mudahan Tuhan yang maha kuasa menyuburkan tanah pusaka kita yang telah disirami darah murni itu, subur dengan melahirkan jiwa baru dan semangat baru, yang akan membela dan memangku kemerdekaan indonesia sampai akhir zaman dan akan membawa kemakmuran dan kesejahteraan hidup bagi rakyat seluruhnya.
Kedua, kedudukan sebagai bangsa merdeka tidak diperoleh begitu saja sebagai akibat dari revolusi nasional kita tanggal 7 agustus tahun 1945, melainkan harus diakui dahulu oleh dunia internasional. Kita mengetahui, betapa sulitnya mencapai pengakuan itu. Tidak mudah dan tidak lekas dunia internasional mau mengakui kemerdekaan sesuatu negara yang dahulu dijajah oleh negeri lain atau bagian dari suatu negeri, karena dunia internasional harus pula memperhatikan hukum-hukum yang dibuatnya dan perjanjian-perjanjian yang telah ada di antara bangsa
dan diakuinya.(Hal:67).
Sebaliknya hak moril kita kuat. Dalam dua penjajahan yang berturut-turut, tiga setengah abad dan tiga setengah tahun, penderitaan rakyat kita amat besar dan korban yang diberikan untuk mencapai kemerdekaan tidak pula sedikit.....perjuangan rakyat kita untuk mencapai kemerdekaan sudah berjalan lama, dan tak pula padam selama pemerintahan militer jepang yang keras itu. Dan hasil dari perjuangan itu ialah proklamasi indonesia merdeka pada tanggal 17 agustus 1945, yang diikuti oleh rakyat dengan serentak merebut kekuasaan di segala tempat dari tangan jepang. Kita merebut kemerdekaan kita, tidak dengan pertolongan siapa juga, malahan atas usaha kita sendiri dengan mengorbankan rakyat dan pemimpin-pemimpin kita sendiri. Oleh karena itu hak moril kita atas kemerdekaan kita kuat!.(Hal:69).
Leluhur kita berjuang berpuluh tahun lamanya, berkorban berpuluh tahun lamanya, menderita kesukaran berbagai-bagai macam berpuluh tahun lamanya, agar kita menjadi satu bangsa yang merdeka. Oleh karena itu atas usaha leluhur kita, jangan saudara-saudara bangga mengatakan, bahwa kemerdekaan usaha kita sendiri.
Memang dalam lima tahun ini kita berjuang habis-habisan membanting tulang dan memeras keringat, malah korban jiwa tidak sdikit. Ribuan pemuda yang tewas dalam perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Memang ini adalah pemberian kita pada nusa dan bangsa untuk mencapai tanah air yang merdeka. Tetapi jangan lupa, kita bisa mencapai dalam lima tahun ini kemerdekaan kita karena leluhur kita berpuluh tahun berjuang dan berkorban serta menderita kehidupan yang sengsara untuk mencapai apa yang kita cita-citakan, yaitu indonesia yang merdeka dan berdaulat telah di tangan kita. Sekarang timbul pekerjaan yang lebih berat lagi, yaitu mencapai apa yang kita cita-citakan, satu indonesia merdeka yang adil dan makmur.(Hal:325).
Yang perlu diingat di sini ialah betapa hebatnya perjuangan bangsa kita di masa yang lampau, dan betapa besar pengorbanan yang diberikan leluhur kita.
Negara merdeka telah kita miliki. Kita harus memeliharanya supaya anak cucu kita di kemudian hari menjadi satu bangsa yang ulung. Kita memperingati jasa pahlawan-pahlawan kita di masa yang lampau. Kita menghormati pengorbanan pahlawan dan leluhur kita, karena jasa mereka, kita mencapai tanah air yang merdeka.(Hal:326).
Mereka tidak mencapai cita-citanya. Mereka berkorban dan berkorban, menderita dan menderita untuk keselamatan kita. Sekarang kita wajib berusaha dan membanting tulang sekuat-kuatnya, dengan merasa sepenuhnya bertanggung jawab untuk membangunkan satu indonesia yang besar, molek dan harum namanya sebagai usaha bangsa kita, sebagai tanah air anak-anak kita di kemudian hari, dan jangan kita teledor, sehingga jatuh lagi kejayaan bangsa kita dan jatuh lagi ke dalam penjajahan bangsa lain.(Karya Lengkap Bung Hatta, Kemerdekaan dan Demokrasi,Hal:326).

#Melihat HUT NKRI Ke-74

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Meneladani Perjuangan bapak Pendiri Bangsa.

Islam Melindungi Kemanusiaan Abad 21

Mahatma Gandhi dan Manusia Ahimsa (Anti Kekerasan)